JAKARTA, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), subholding upstream PT Pertamina (Persero), mencatatkan capaian signifikan dalam produksi migas nasional. Hingga semester I 2025, PHE berhasil memproduksi 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD), terdiri dari 557 ribu barel minyak dan 2.798 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Capaian ini mendapat apresiasi dari Komisi XII DPR RI. Anggota Komisi XII, Nurwayah, menilai langkah PHE menunjukkan arah yang tepat dalam memperkuat ketahanan energi nasional.
“PHE telah menunjukkan bahwa ketahanan energi bukan hanya wacana, tetapi bisa dicapai melalui eksplorasi agresif, inovasi teknologi, dan tata kelola yang baik,” ujar Nurwayah saat dihubungi oleh awak media, Selasa (5/8/2025).
Selama enam bulan pertama 2025, PHE menyelesaikan pengeboran 404 sumur pengembangan, melakukan 628 kegiatan workover, serta 18.714 layanan sumur (well services). PHE juga mencatat penambahan sumber daya 2C sebesar 804 juta barel setara minyak (MMBOE) dan cadangan terbukti (P1) sebesar 63 juta MMBOE.
Keberhasilan pengeboran sumur EPN-002 di Jawa Barat dan akuisisi seismik 3D di wilayah kerja onshore Sumatera menambah titik terang eksplorasi migas nasional.
PHE juga terus mengembangkan teknologi untuk mendorong peningkatan produksi. Di antaranya dengan injeksi Enhanced Oil Recovery (EOR) seperti Steamflood di Lapangan North Duri dan Simple Surfactant Flood (SSF) di Lapangan Balam South. Proyek CO₂ interwell injection di Lapangan Sukowati serta program Put on Production and Exploration (POPE) juga menjadi bagian dari strategi penguatan produksi.
Nurwayah menilai pemanfaatan teknologi seperti EOR merupakan investasi jangka panjang yang penting.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan eksplorasi baru. Teknologi seperti EOR dan CCS adalah masa depan, dan PHE berada di jalur yang tepat untuk memastikan keberlanjutan energi,” kata Anggota DPR RI dari Partai Demokrat ini.
Tak hanya fokus pada minyak dan gas, PHE juga mengevaluasi potensi geologic hydrogen dan terus mengembangkan proyek Carbon Capture Storage (CCS). PHE menargetkan dua hub CCS dan beberapa satelit dengan total kapasitas penyimpanan mencapai 7,3 Giga Ton CO₂.
Langkah ini sejalan dengan target penurunan emisi karbon nasional sebesar 68 persen pada tahun 2060.
Beberapa proyek strategis akan memasuki fase produksi pada semester II 2025. Di antaranya Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) EP dengan kapasitas olah 9.000 barel cairan dan 22 MMSCFD gas. Proyek Sisi Nubi ditargetkan menyumbang 30 MMSCFD per platform, sementara proyek Lapangan OO-OX diproyeksikan menambah 2.996 BOPD dan 21,26 MMSCFD.
PHE juga memperkuat nasionalisme energi melalui realisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 63,29 persen hingga pertengahan 2025. Dalam hal tata kelola, PHE mengadopsi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berbasis ISO 37001:2016 dan memegang teguh prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Legislator dari Dapil Jakarta III ini mendorong agar PHE terus menjaga momentum positif ini dan memastikan keberlanjutan energi nasional.
“Kami mendorong agar PHE terus fokus pada efisiensi, keberlanjutan, dan penguatan kapasitas nasional. Ke depan, tantangannya akan semakin kompleks, tetapi kita harus percaya diri bahwa Indonesia bisa mandiri secara energi,” ujar Nurwayah.
Dengan kinerja yang solid dan strategi yang terarah, PHE dinilai tidak hanya menjaga produksi migas nasional, tetapi juga memimpin transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.