Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah melaporkan hasil tes swab COVID-19 penumpang kereta rel listrik (KRL) kepada Kementerian Perhubungan.
Tes yang dilakukan bekerja sama dengan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) kepada 397 penumpang KRL di Stasiun Bogor, pada Senin (27/4) menunjukkan tiga penumpang dinyatakan positif COVID-19.
“Kita sampaikan informasi ada yang positif ini ke Kementerian Perhubungan, dan mungkin sekarang sedang dirapatkan,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Emil di Bandung, Selasa.
Sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19, Kang Emil mengusulkan kepada pengelola KRL untuk menerapkan physical distancing dan protokol kesehatan dengan ketat.
“Kalau KRL tidak bisa diberhentikan, tolong pastikan dengan pengawasan ketat physical distancing-nya,” ujarnya.
“Jadi, kuncinya bukan KRL-nya, tapi kepadatannya. Karena waktu itu KRL ini diputuskan tidak dihentikan operasionalnya, maka minimal kepadatannya diatur,” katanya.
Sebelumnya, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Berli Hamdani, dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (4/5), mengatakan, pihaknya sudah menindaklanjuti hasil tes swab tersebut dengan merujuk satu orang positif COVID-19 ke rumah sakit rujukan dan dua lainnya untuk isolasi diri.
“Sudah ditindaklanjut yang ketiga itu. Ada yang dirujuk ke RS Persahabatan karena kebetulan udah usia lanjut dan penyakit lain dan yang lainnya itu kita minta untuk isolasi mandiri,” kata Berli.
“Kami beri rekomendasi kepada pengelola, jika tidak bisa berhenti beroperasi sementara waktu, penumpang dibatasi setengah atau sepertiga dari kapasitas, tergantung posisi penumpang. Supaya jaraknya aman untuk mencegah terjadinya penularan antar penumpang,” tambahnya.
Berli menyatakan tes swab pada penumpang KRL merupakan salah satu kegiatan Pemda Provinsi Jabar yang bersifat proaktif dalam melakukan screening. Tujuannya, untuk menemukan peta persebaran COVID-19 dan menanganinya sedini mungkin.
“Ini (screening) adalah salah satu strategi kita dalam menghadapi COVID-19 di Jabar, supaya kita bisa menemukan kasus tersebut lebih dini dan juga kita bisa mengatasinya justru pada level yang belum membahayakan bagi masyarakat,” katanya.