JAKARTA, Pemerintah memastikan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang yuan Tiongkok atau Dim Sum Bond akan tetap dilakukan pada kuartal IV tahun 2025. Instrumen ini digunakan untuk membantu membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, mengatakan bahwa waktu pasti penerbitan belum bisa diumumkan. Hal itu dikarenakan menyangkut protokol pasar modal dan dinamika penentuan harga di pasar internasional.
“Waktu persis penerbitannya belum dapat diinformasikan terkait dengan protokol atau ketentuan pasar modal,” ujar Suminto, Senin (6/10/2025).
Suminto menjelaskan bahwa karena bersifat tradeable atau dapat diperjualbelikan, imbal hasil (yield) dari Dim Sum Bond akan ditentukan berdasarkan harga pasar pada saat penerbitan.
Penerbitan Dim Sum Bond menyusul keberhasilan Indonesia meluncurkan Kangaroo Bond — surat utang dalam denominasi dolar Australia — pada Agustus 2025. Saat itu, pemerintah meraih dana A$800 juta atau setara Rp8,5 triliun melalui skema Australian Medium-Term Notes (AMTN).
Penawaran perdana Kangaroo Bond mendapat respons sangat positif, dengan orderbook mencapai 10 kali lipat dari target. Kepercayaan investor ini memungkinkan pemerintah menawarkan yield lebih rendah, yakni turun 25 basis poin untuk tenor lima tahun, dan 30 basis poin untuk tenor 10 tahun.
Menurut Myrdal Gunarto, Ekonom Pasar Global Maybank Indonesia, waktu ideal untuk menerbitkan Dim Sum Bond kemungkinan pada November atau awal Desember 2025. Ia memperkirakan, pemerintah akan memilih tenor lima hingga tujuh tahun, dengan estimasi yield di kisaran 3,8–4,1 persen.
Sementara itu, Suhindarto, Ekonom Utama Pefindo, mengatakan bahwa penerbitan harus mempertimbangkan kondisi pasar keuangan global. Yield obligasi pemerintah Tiongkok saat ini berkisar 1,7–1,9 persen, yang menjadikan biaya pinjaman dalam yuan sangat kompetitif.
Namun demikian, waktu penerbitan perlu menunggu momen pasar yang kondusif. “Penerbitan harus dilakukan saat window pasar terbuka, yakni ketika pasar tenang dan permintaan terhadap aset renminbi sedang tinggi,” ujar Suhindarto.
Pemerintah terus melakukan diversifikasi sumber pembiayaan untuk memperkuat struktur fiskal. Selain dolar AS dan rupiah, penerbitan surat utang dalam yuan dinilai strategis untuk menarik basis investor Tiongkok yang luas dan likuid.
Selain itu, diversifikasi ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada satu mata uang dan menjaga fleksibilitas fiskal negara di tengah dinamika ekonomi global yang cepat berubah.