JAKARTA, Presiden Prabowo Subianto tidak membahas persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh dalam rapat kabinet terbatas di kediamannya di Kertanegara pada Minggu malam (12/10). Hal ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi saat ditemui awak media.
Meski tidak dibahas dalam rapat terbatas tersebut, Prasetyo memastikan bahwa pemerintah sebelumnya telah melakukan pertemuan khusus untuk membahas solusi atas beban keuangan yang tengah dihadapi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator proyek Whoosh.
“Faktanya Whoosh menjadi salah satu moda transportasi yang sekarang sangat membantu aktivitas seluruh masyarakat, mobilitas dari Jakarta maupun ke Bandung dan seterusnya,” kata Prasetyo, Senin (13/10).
Pernyataan ini memberi sinyal bahwa pemerintah tetap akan melanjutkan rencana ambisius memperpanjang jalur kereta cepat hingga ke Surabaya, Jawa Timur, meskipun proyek saat ini tengah dibebani masalah keuangan serius.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa secara tegas menolak usulan dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang menginginkan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menanggung utang Whoosh. Menurut Purbaya, tanggung jawab finansial harus dikelola langsung oleh Danantara yang kini mengelola dividen BUMN.
“Mereka sudah punya manajemen sendiri, sudah punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa Rp80 triliun atau lebih. Harusnya mereka manage dari situ, jangan ke kita [APBN] lagi,” tegasnya, Jumat (10/10).
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menunggu keputusan terkait restrukturisasi proyek Whoosh. Salah satu opsi yang diajukan adalah menyerahkan infrastruktur KCIC kepada pemerintah, mirip dengan skema Badan Layanan Umum (BLU) yang diterapkan pada sektor transportasi lainnya.
“Intinya adalah kita ingin KCIC-nya berjalan dengan baik karena ini dimanfaatkan oleh masyarakat banyak. Apakah kemudian kita tambahkan equity, atau infrastrukturnya kita serahkan ke pemerintah, itu yang sedang dipertimbangkan,” ujar Dony.
Kerugian dari proyek ini tidak hanya menekan KCIC, tapi juga membebani PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memiliki saham mayoritas di konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Laporan keuangan KAI per Juni 2025 mencatat kerugian sebesar Rp951,48 miliar, naik dari kerugian tahunan Rp2,69 triliun pada 2024.
Total investasi proyek KCJB sendiri mencapai US$7,2 miliar, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar US$1,2 miliar. Proyek ini dibiayai melalui skema pinjaman 75% dari China Development Bank (CDB) dan 25% dari setoran modal pemegang saham, yakni PSBI sebesar 60% dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. sebesar 40%.