Pandemi virus corona baru, COVID-19, membawa banyak pengaruh pada berbagai segi kehidupan tak terkecuali di dunia film, pada masa ini industri film dunia dan Tanah Air harus melewati banyak tantangan.
Sejak wabah virus corona menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia, bioskop-bioskop di seluruh dunia memutuskan untuk tutup sementara waktu guna mencegah penularan virus. Tak hanya itu tanggal tayang film dan rencana produksi juga terpaksa ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
“Industri berhenti total tapi bukan kita doang yang harus mengalami seperti ini. Sekarang secara kegiatan syuting juga sudah tidak berjalan. Bukan hanya film sih tapi teman-teman televisi juga udah mulai distop sama pemerintah,” ujar Ernest saat dihubungi ANTARA, Jumat.
Jadwal rilis ditunda
Penundaan jadwal rilis film efeknya tidak hanya terjadi pada satu film terkait saja. Ini juga akan mempengaruhi barisan film lain yang juga sudah memiliki jadwal antrian tayang.
Di Hollywood saja setidaknya ada tujuh film besar yang terpaksa menangguhkan peluncuran filmnya. Mereka adalah “Mulan”, “The New Mutants”, “Antlers”, “Wonder Woman 1984”, “Fast and Furious 9”, “James Bond: No Time to Die” dan “A Quiet Place”.
Tak hanya di Hollywood, industri film Indonesia pun merasakan hal yang sama apalagi setelah jaringan bioskop di Tanah Air memutuskan untuk tutup sementara.
Sejauh ini ada lebih dari enam film yang menunda jadwal tayangnya, seperti “KKN di Desa Penari”, “Tersanjung The Movie”, “Jodohku ke Mana?”, “Roh Mati Paksa”, “Djoerig Salawe”, “Bucin”, “Malik & Elsa”, “Tarung Sarung”, “Serigala Langit” dan “Generasi 90-an: Melankolia”.
Produser Rapi Films, Sunil Samtani mengatakan “Bucin” adalah salah satu filmnya yang mengalami penundaan. Namun tidak ada yang bisa dilakukan olehnya apalagi bioskop yang menjadi tempat penayangan film juga ditutup.
“Film yang kena efek ya ‘Bucin’ ya. Kita udah promo-promo, secara keuangan kita udah promo kiri-kanan, udah roadshow udah billboard, semua sudah siap tapi kita mau gimana lagi,” ujar Sunil kepada ANTARA.
Syuting mundur, jadwal jadi berantakan
Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) telah menghimbau kepada seluruh perusahaan film untuk menghentikan kegiatan produksi film seperti syuting untuk sementara waktu guna menghentikan penyebaran virus corona.
Bagi Sunil, penundaan waktu syuting sangat berpengaruh pada kelangsungan film lainnya. Sebab biasanya, para pemain film dan kru sudah memiliki jadwal yang tidak bisa digantikan.
Sunil mengatakan di sinilah tantangan terberatnya sebagai rumah produksi, apalagi Rapi Films memiliki dua judul film yang harus syuting pada April dan Mei.
“Kru dan pemain mereka ambil film kan udah ada jadwal, syuting bulan April hingga Mei, Juni mereka udah ada jadwal syuting lain, semua mundur gini. Sebenarnya lebih ke atur schedule sih, bisa syutingnya kapan. Kita masalahnya lebih di situ sih,” kata Sunil menjelaskan.
Bioskop tutup
CGV Cinemas mengumumkan untuk menghentikan sementara kegiatan operasionalnya mulai 23 Maret hingga dua pekan ke depan. Hal yang sama juga dilakukan oleh jaringan Cinema XXI yang menutup bioskopnya mulai 23 Maret hingga 5 April 2020.
Meski demikian, Sunil optimis bila saatnya bioskop dibuka kembali, penonton akan tetap mencari film-film yang sebelumnya sempat ditunda.
“China juga udah mulai buka bioskop karena mereka benar-benar nunggu sampai clean baru buka tempat-tempat perkumpulan. Jadi saya rasa penonton kan udah kangen pengin nonton di bioskop lagi, jadi saya optimis sih akan bagus,” kata Sunil.
Sementara itu, Ernest berharap agar suasana bisa kembali seperti sedia kali.
“Harapannya badai segera berlalu dan waktu rehat ini bisa digunakan untuk meluangkan waktu bersama keluarga,” kata Ernest.
Mulai bangkit
Meski demikian, China yang pertama kali terdampak corona berangsur-angsur mulai pulih. Perlahan tapi pasti perekonomian di Negeri Tirai Bambu itu mulai menggeliat termasuk industri film.
Sebanyak 205 bioskop dari total 308 bioskop di Shanghai, China kembali dibuka Sabtu ini setelah nyaris tutup dua bulan akibat merebaknya wabah virus corona.
Sebelumnya, kota-kota kecil seperti Provinsi Xinjiang atau SIchuan sudah membuka bioskop mereka pekan lalu.
Untuk mendorong agar penonton mau menonton bioskop, Biro Film Shanghai akan bermitra dengan biro propaganda kota untuk mensubsidi tiket film selama sebulan.
Hingga 26 April, penonton yang membeli tiket melalui aplikasi tiket online Tao Piao Piao akan dapat subsidi RMB10 (Rp22.500). Penonton maksimal boleh membeli empat tiket.
Program ini akan mengeluarkan maksimum 20.000 tiket bersubsidi.
Sebelumnya, Shanghai memberlakukan aturan ketat menonton bioskop di mana penonton wajib mengenakan masker, dicek suhu hingga menunjukkan “kode kesehatan” yang menyatakan dirinya tidak terpapar virus sebelum masuk gedung bioskop.
Bahkan, bioskop harus menjual tiket dengan jarak terpisah dan menjadwalkan pemutaran dengan interval lebih dari 20 menit di antara mereka sehingga memberikan waktu untuk prosedur desinfeksi.
Sejauh ini, pendapatan bioskop di China turun karena penonton yang ogah ke bioskop karena khawatir berkumpul bersama untuk menonton konten yang bisa mereka streaming di rumah.
Pada Selasa, 24 Maret, ada 495 bioskop yang beroperasi di China, hanya menyumbang 4,4 persen dari total nasional.