JAKARTA, Raksasa elektronik asal Jepang, Panasonic Holdings, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawan secara global sebagai bagian dari langkah besar restrukturisasi manajemen.
Dalam pernyataan resminya pada Jumat (9/5/2025), Panasonic menyebut bahwa kebijakan ini diambil untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan di tengah tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
“Pengurangan jumlah karyawan akan difokuskan pada perusahaan-perusahaan konsolidasi dalam grup, terutama di divisi penjualan dan administrasi,” tulis Panasonic dalam laporan yang dikutip dari Reuters.
Sebanyak 50 persen dari total PHK akan dilakukan di Jepang, sementara sisanya akan menyasar unit operasional di luar negeri.
Langkah ini diproyeksikan menelan biaya restrukturisasi sebesar 130 miliar yen atau sekitar 896,06 juta dollar AS (Rp 14 triliun) pada tahun fiskal berjalan.
Meski tengah melakukan efisiensi besar-besaran, Panasonic optimistis pada kinerja salah satu unit bisnis strategisnya, yakni segmen energi yang memproduksi baterai kendaraan listrik (EV).
Perusahaan memproyeksikan lonjakan laba operasional sebesar 39 persen pada unit tersebut untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2026, mencapai 167 miliar yen. Optimisme ini ditopang oleh meningkatnya permintaan baterai dan sistem penyimpanan energi, terutama dari mitra seperti Tesla.
Sebagai perbandingan, pada tahun fiskal sebelumnya, unit energi Panasonic membukukan laba sebesar 120,2 miliar yen, masih di bawah target yang dipasang, yakni 124 miliar yen.
Langkah Panasonic mencerminkan tekanan yang dihadapi banyak perusahaan teknologi global dalam menyeimbangkan efisiensi operasional dengan kebutuhan untuk berinvestasi di sektor-sektor masa depan, seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar elektronik global mengalami perlambatan, sementara kompetisi dari produsen asal Tiongkok dan Korea Selatan terus meningkat.