JAKARTA, Kelompok ojek online yang tergabung dalam Ojol Garda Indonesia bereaksi keras terhadap usulan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang mendorong pemerintah melarang ojek daring mengangkut penumpang.
Ketua Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menilai usulan tersebut tidak bijak dan berpotensi menimbulkan dampak sosial besar, termasuk hilangnya jutaan lapangan pekerjaan.
“Menghilangkan ojol sebagai moda transportasi angkut penumpang sama saja akan menghilangkan jutaan pekerjaan maupun jutaan pengguna,” ujar Igun saat dikonfirmasi, Selasa (4/11/2025).
Menurut Igun, ojek daring saat ini merupakan moda transportasi yang paling fleksibel dan mampu menjangkau wilayah permukiman yang sulit diakses kendaraan umum lainnya, seperti gang-gang kecil di perkotaan.
“Selagi alat transportasi massal belum memberikan rasa nyaman kepada masyarakat, ojol menjadi alternatif tercepat untuk mencapai tujuan dalam jarak tertentu,” katanya.
Igun juga menegaskan bahwa ojek daring bukan pesaing transportasi umum, melainkan bagian dari integrasi sistem transportasi massal di perkotaan.
“Ojol merupakan angkutan penumpang yang menjadi bagian integrasi moda angkutan umum massal. Sangat tidak bijak jika MTI mendesak pemerintah menghapuskan ojol tanpa memberikan solusi yang tepat,” ucapnya.
Sebelumnya, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengusulkan agar layanan ojek daring dibatasi hanya untuk angkutan barang dan logistik mikro, bukan penumpang.
Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno, mengatakan kebijakan tersebut perlu diterapkan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi ruang jalan di wilayah perkotaan.
“Transisi kebijakan ini harus dilakukan bertahap dalam 3–5 tahun, sambil memperkuat transportasi umum massal agar masyarakat tetap memiliki pilihan mobilitas yang layak,” kata Djoko dalam keterangannya, Selasa (4/11/2025).
Djoko menilai, penggunaan sepeda motor sebagai alat transportasi utama bukan cerminan negara maju. Ia mencontohkan beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, yang berhasil menurunkan ketergantungan terhadap motor setelah memperkuat sistem kereta dan bus massal.
“Hasilnya bukan hanya mobilitas yang lancar, tetapi juga kota lebih manusiawi, udara lebih bersih, dan produktivitas meningkat,” jelasnya.

									
													





