JAKARTA, Anggota Komisi XII DPR RI Nurwayah menyampaikan apresiasinya atas langkah PT Pertamina (Persero) yang akan mengoperasikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan pada 10 November 2025.
Kilang terbesar di Indonesia dengan kapasitas pengolahan hingga 90 ribu barel per hari ini dinilai sebagai tonggak penting dalam upaya mewujudkan kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Nurwayah menilai pengoperasian kilang tersebut bukan hanya capaian teknis, tetapi langkah strategis yang menunjukkan keseriusan negara membangun fondasi ketahanan energi nasional.
Dengan produk yang setara standar Euro 5 dan kadar sulfur di bawah 10 ppm, ia menilai proyek ini akan membawa dampak signifikan bagi ekonomi nasional.
“Kilang Balikpapan adalah simbol kemandirian energi. Dengan kapasitas besar dan kualitas produk yang tinggi, kita tak hanya mengurangi impor, tetapi juga memperkuat daya saing industri dalam negeri,” ujarnya di Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Ia menjelaskan selama ini ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM menjadi salah satu penyebab tekanan terhadap APBN dan defisit neraca perdagangan. Kehadiran kilang Balikpapan, menurutnya, akan menjadi solusi nyata untuk memperbaiki kondisi tersebut.
“Dengan memproduksi sendiri kebutuhan BBM berkualitas tinggi, kita dapat memangkas impor secara signifikan. Ini akan berdampak langsung pada stabilitas fiskal dan ekonomi nasional,” ucapnya.
Meski begitu, Nurwayah menegaskan bahwa pembangunan kilang harus diiringi dengan peningkatan produksi minyak dari sektor hulu.
Ia mengingatkan bahwa tanpa pasokan bahan baku yang memadai dari dalam negeri, tujuan kemandirian energi akan sulit tercapai.
“Kilang secanggih apa pun tidak akan maksimal jika crude oil masih bergantung pada impor. Karena itu, peningkatan produksi di hulu harus menjadi prioritas bersama antara pemerintah, SKK Migas, dan Pertamina,” tegas legislator dari Fraksi Partai Demokrat itu.
Dengan beroperasinya RDMP Balikpapan, Nurwayah optimistis Indonesia akan semakin dekat dengan cita-cita Indonesia Emas 2045. Ia menegaskan bahwa proyek ini bukan hanya soal infrastruktur energi, tetapi tentang kedaulatan bangsa.
“Kilang Balikpapan adalah langkah konkret menuju kemandirian energi. Ini pondasi penting menuju Indonesia yang kuat dan berdaulat di bidang energi,” tutupnya.