Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Masduki Baidlowi mengatakan almarhum K.H. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) merupakan tokoh Nahdlatul Ulama yang kiprahnya tidak sekadar di NU tetapi lebih dari ormas terbesar tersebut.
“Sebagai tokoh, beliau bukan saja tokoh NU dan agama saja tapi tokoh nasional,” kata Masduki saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Dikabarkan, Gus Sholah mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu malam di RS Jantung Harapan Kita.
Masduki yang juga Wasekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, mengatakan dimensi ketokohan nasional Gus Sholah mempunyai integritas dan standar moral yang tinggi.
Gus Sholah, kata dia, memberi inspirasi meski tidak berkiprah di struktur organisasi NU. Tetapi berjuang untuk umat dan bangsa dengan caranya sendiri.
Masduki mengatakan Gus Sholah sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, tetap berkontribusi memberi panduan bagi warga NU, umat, dan bangsa.
“Beliau banyak memberi inspirasi tokoh lain, penyelenggara negara, bahkan pengurus NU,” kata dia.
Dia mengaku mengenal Gus Sholah sebagai seorang yang demokratis bahkan siap berbeda pendapat dengan abangnya, Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa keduanya masih hidup.
“Dia demokratis. Dimensi demokrasinya kuat. Dia bisa berbeda pendapat. Kita lihat saat Gus Dur hidup, beliau berbeda wacana soal keislaman, perjuangan umat,” kata dia.
Masduki mengatakan keteladanan Gus Sholah patut ditiru umat dan bangsa saat ini karena almarhum tidak pernah terkungkung dalam golongannya, yaitu NU.
“Beliau tokoh NU tapi tidak terkungkung kotak organisasi. Dia keluar dari kotak itu,” kata dia merujuk perjuangan Gus Sholah yang berkiprah di banyak lini umat dan kebangsaan.