Modal Asing Kabur Rp 50,72 Triliun, Pasar Modal Indonesia Masih Tertekan di 2025

JAKARTA, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tekanan masih membayangi pasar modal Indonesia hingga awal Mei 2025. Hal ini ditandai dengan arus keluar modal asing (capital outflow) yang mencapai Rp 50,72 triliun secara year-to-date (ytd).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa pelemahan pasar keuangan salah satunya dipicu oleh pengumuman tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Read More

“Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp 11.705 triliun, atau naik 5,20% month-to-date. Namun secara year-to-date masih turun sebesar 5,11%. Sementara itu, investor non-resident mencatatkan net sales sebesar Rp 20,79 triliun secara month-to-date, dan Rp 50,72 triliun secara year-to-date,” ujar Inarno dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring, Jumat (9/5/2025).

Di pasar obligasi, kinerja juga menunjukkan volatilitas. Indeks pasar obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tercatat turun 1,61% secara month-to-date, namun masih naik 3,39% secara year-to-date ke level 405,99. Dari sisi kepemilikan asing, pasar obligasi juga mencatat net sales Rp 0,01 triliun secara bulanan, dan Rp 1,42 triliun sepanjang tahun 2025.

Merespons tekanan pasar, 32 emiten di Bursa Efek Indonesia tercatat berencana melakukan aksi buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan total alokasi dana sebesar Rp 16,90 triliun. Namun, hingga akhir April, realisasi buyback baru mencapai Rp 937,42 miliar atau sekitar 5,55%.

Untuk meredam volatilitas dan menjaga stabilitas pasar saham, OJK menerapkan sejumlah kebijakan strategis. Di antaranya, penundaan implementasi pembiayaan transaksi short selling, penyesuaian batasan trading halt saat IHSG mengalami penurunan tajam, serta pemberlakuan kebijakan Auto Rejection Asimetris.

“Semua kebijakan ini diarahkan untuk menjaga kepercayaan investor dan menciptakan pasar yang lebih stabil dalam menghadapi tantangan eksternal dan dinamika geopolitik global,” tutup Inarno.

Related posts

Leave a Reply