Oleh: Handy Setyawan
Mahasiswa Program Doktoral Manajemen Strategik Keberlanjutan Perbanas Institute dan Praktisi Perbankan
Beberapa tahun terakhir, ketidakpastian sosial dan ekonomi semakin meningkat akibat berbagai faktor, seperti fluktuasi ekonomi, perkembangan teknologi informasi, gejolak geopolitik beberapa negara dan perubahan regulasi keuangan, serta dampak pandemi Covid-19 yang masih terasa.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi industri perbankan, terutama Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang berfokus pada sektor UMKM.
BPR sebagai lembaga keuangan yang berperan dalam mendorong inklusi keuangan, harus menemukan cara agar tetap bertahan dan berkembang di tengah dinamika yang tidak menentu.
Salah satu faktor yang mampu meningkatkan profitabilitas dan pertumbuhan aset BPR adalah penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG).
BPR yang menerapkan prinsip GCG secara konsisten, seharusnya memiliki daya tahan lebih baik dalam menghadapi tantangan ekonomi dibandingkan dengan yang tidak menerapkan GCG.
Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bisnis BPR tidak hanya bergantung pada faktor eksternal, tetapi juga pada strategi internal yang diterapkan dalam manajemen perusahaan.
Pentingnya Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam BPR
Tata kelola perusahaan yang baik bukan hanya soal kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga strategi manajemen yang berorientasi pada transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi.
Dalam industri keuangan, penerapan GCG yang baik mampu meningkatkan kepercayaan nasabah, investor, dan regulator, akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Beberapa prinsip utama dalam GCG yang berpengaruh terhadap keberlanjutan BPR antara lain:
Transparansi – Keterbukaan informasi keuangan dan kebijakan operasional kepada publik menciptakan kepercayaan yang lebih besar dari pemangku kepentingan.
Akuntabilitas – Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam manajemen memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih efektif dan terarah.
Responsibilitas – Perusahaan harus mematuhi semua peraturan dan standar yang berlaku, serta menjalankan tanggun jawab sosial dan lingkungan dengan baik.
Independensi – Pengelolaan BPR harus dilakukan tanpa tekanan atau pengaruh dari pihak-pihak tertentu yang dapat merugikan kepentingan bank dan nasabah.
Kewajaran dan Kesetaraan – Semua pemangku kepentingan, baik nasabah, karyawan, maupun pemegang saham, harus diperlakukan secara adil dan setara.
BPR yang menerapkan prinsip-prinsip ini cenderung lebih efisien dalam mengelola risiko keuangan, meningkatkan daya saing, dan menghadapi perubahan regulasi yang terus berkembang.
Dampak GCG terhadap Profitabilitas dan Pertumbuhan Aset BPR
Dua indikator utama yang menentukan keberlanjutan BPR adalah profitabilitas dan pertumbuhan aset.
Profitabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, sementara pertumbuhan aset menunjukkan ekspansi bisnis yang dilakukan oleh BPR dalam jangka panjang.
BPR yang menerapkan GCG secara efektif memiliki beberapa keunggulan berikut:
Meningkatkan kepercayaan nasabah – Ketika BPR memiliki sistem tata kelola yang baik, nasabah merasa lebih aman dalam menabung dan mengajukan pinjaman. Ini berdampak langsung pada peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang menjadi sumber utama pendanaan bank.
Meminimalkan risiko kredit – Manajemen risiko yang baik membantu BPR dalam menyeleksi calon debitur yang layak, sehingga mengurangi kemungkinan kredit macet (Non-Performing Loan/NPL). NPL yang rendah, BPR dapat menjaga stabilitas keuangan dan meningkatkan profitabilitas.
Meningkatkan efisiensi operasional – Sistem manajemen yang lebih tertata, pengelolaan sumber daya menjadi lebih optimal, sehingga biaya operasional dapat ditekan dan laba bersih meningkat.
Menarik investor dan mitra strategis – Investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada BPR yang memiliki tata kelola yang baik karena mencerminkan manajemen yang profesional dan bertanggung jawab. Ini dapat membuka peluang ekspansi bisnis melalui kemitraan dan pendanaan tambahan.
Dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, BPR yang menjalankan GCG dengan baik cenderung lebih siap dalam menghadapi tantangan.
Sebaliknya, BPR yang mengabaikan prinsip-prinsip tata kelola cenderung mengalami kesulitan dalam mempertahankan pertumbuhan dan bahkan berisiko mengalami kegagalan bisnis.
Tantangan dalam Implementasi GCG di BPR
Meskipun manfaat GCG sudah jelas, penerapannya di BPR masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkompeten – Banyak BPR yang masih kekurangan tenaga profesional dalam bidang manajemen risiko dan tata kelola perusahaan.
Skala Usaha yang Relatif Kecil – Sebagai bank dengan modal terbatas, banyak BPR yang kesulitan mengalokasikan anggaran untuk memperkuat tata kelola dan sistem manajemen.
Perubahan Regulasi yang Cepat – Peraturan terkait industri perbankan sering mengalami perubahan, sehingga BPR perlu beradaptasi dengan cepat untuk tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, asosiasi perbankan, serta pemegang saham dan manajemen BPR itu sendiri.
Pelatihan bagi manajemen dan karyawan, penguatan regulasi yang mendukung implementasi GCG, serta pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan risiko dan kepatuhan dapat menjadi solusi bagi BPR dalam meningkatkan kualitas tata kelola mereka.
Kesimpulan
BPR memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional, khususnya dalam mendorong inklusi keuangan bagi sektor UMKM dan masyarakat yang kurang terjangkau oleh bank umum.
Namun, di tengah ketidakpastian sosial dan ekonomi, BPR harus memiliki strategi yang solid agar dapat bertahan dan berkembang.
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan pertumbuhan aset BPR.
Manajemen yang lebih transparan, akuntabel, dan efisien, BPR dapat meningkatkan kepercayaan nasabah, meminimalkan risiko, serta menarik lebih banyak investor dan mitra strategis.
Meskipun masih terdapat berbagai tantangan dalam penerapan GCG, adanya komitmen yang kuat dari manajemen dan dukungan dari regulator,
BPR dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan tetap relevan dalam industri perbankan Indonesia.