JAKARTA, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beserta rombongan mendampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono berangkat dari Jakarta menuju Pulau Galang, Batam, Kepulauan Seribu, Rabu.
Mereka yang mendampingi Panglima TNI terlebih dahulu dicek kesehatannya di depan lobi pintu masuk menuju Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
“Mas, nanti ditembak juga ya?” ujar Kapten Mugiyanto, Anggota TNI Angkatan Udara di Lanud Halim Perdanakusuma kepada ANTARA tiba-tiba.
Kami awalnya kaget, ternyata setelah dijelaskan, kami pun tertawa. Maksud Pak Mugiyanto, ditembak artinya dicek panas tubuhnya dengan sebuah alat mirip dengan pistol.
Alat tersebut akan membaca panas tubuh kita, jika panas tubuh di atas 39 derajat celsius, maka kita akan diobservasi lebih lanjut.
Untunglah, setelah dicek, panas tubuh kami hanya 35 derajat celsius yang berarti normal.
Setelah pengecekan, kami pun langsung disuruh cuci tangan dengan cairan alkohol (hand sanitizer).
Cuci tangannya pun dipandu oleh petugas, tidak boleh sembarang. Semua sudut-sudut kuku juga mesti dibasuh dengan cairan tersebut.
Sekitar pukul 07.58 WIB, kami pun diminta masuk ke pesawat.
Pesawat yang digunakan TNI AU untuk ke Kepulauan Riau bukan pesawat Hercules, namun pesawat penumpang jenis Boeing 737-400 milik TNI AU.
Kabin pesawat tersebut cukup luas, ada 18 baris dengan tempat duduk masing-masing baris ada yang diisi 4 kursi (VIP), 5 kursi (baris tengah), dan 6 kursi (baris paling belakang).
VIP berada pada baris 1-4. Inilah yang diduduki oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (MenPUPR) Basuki Hadimuljono.
Pesawat lepas landas dari Landasan Udara Halim Perdana Kusuma pukul 08.00 WIB tepat.
Sebelum masuk pesawat, ada Pramugari menyambut penumpang dengan sebotol hand sanitizer yang disemprotkan pada tangan masing-masing penumpang.
Setelah duduk, pramugari juga memberikan sekotak cemilan berisi panekuk isi sosis sapi, panekuk isi meses coklat dan lontong isi daging ayam serta minumnya sebotol air mineral 330 mililiter dan sekotak minuman Sari Kacang Hijau 250 ml untuk santap pagi di atas pesawat.
Sembari menghidangkan cemilan, mereka juga membagikan segelas teh hangat bagi penumpang yang membutuhkan.
Mereka juga memutar film yang bisa penumpang tonton pada monitor-monitor yang terpasang di atas kabin.
Kami mencoba menghitung lama waktu tempuh dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju RS Integrasi untuk Penyakit Menular di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau.
Kami sampai di Bandara Hang Nadim di Batam sekitar jam 09.43 WIB. Jika ditotal, dari waktu awal keberangkatan jam 08.00 WIB hingga ke Bandara Hang Nadim memakan waktu penerbangan satu Jam 43 menit. Saat ditambah dengan waktu tempuh dari Bandara Hang Nadim menuju Pulau Galang, maka totalnya adalah dua jam 58 menit.
Bagi Anda yang ingin mencari keberadaan Pulau Galang di Google Maps, bisa mengetik koordinat 7.70134 Lintang Utara,104.185669 Bujur Timur. Pulau Galang yang dulu menjadi pulau penampungan pengungsi Vietnam, jaraknya sekitar 62 kilometer dari Bandara Hang Nadim Batam.
Adapun lokasi yang mudah dijangkau dari luar negeri (dari Singapura 45 menit dengan kapal feri) maupun dalam negeri (Bandara Hang Nadim Batam, penerbangan selama satu jam 15 menit) menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memilih Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau itu.
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan, jika WNI terdampak penyakit menular bisa langsung diobservasi di rumah sakit itu secara cepat karena lokasi yang mudah diakses tadi.
“Apabila ada WNI dari luar negeri maupun dalam negeri yang terinfeksi harus melakukan observasi kapanpun saja itu bisa langsung ke sini dengan alasan Bandara Batam lebih dekat, dan bisa didarati pesawat kecil maupun pesawat berbadan lebar. Jarak dari bandara di Batam menuju Pulau Galang ini hanya satu jam 15 menit, sehingga lebih dekat,” ujar Tjahjanto.
Berstandar WHO
Panglima TNI mengatakan pemerintah akan segera membangun rumah sakit di atas lokasi lahan eks-pengungsi Vietnam itu dengan standar Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO).
Panglima TNI beserta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menilai lokasi sudah memenuhi standar karena memiliki sumber air bersih dan juga listrik.
“Itu juga semua akan kita buat sesuai dengan aturan atau protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO,” ujar Panglima TNI di sela-sela kunjungan kerjanya ke Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, Rabu.
Ia pun optimistis dalam waktu dekat di atas lahan bekas kamp pengungsi ‘manusia perahu’ asal Vietnam itu bisa segera didirikan Rumah Sakit untuk Penyakit Menular.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat apabila ini sudah kita rencanakan dengan baik, akan segera berdiri rumah sakit untuk penyakit menular yang ada di Pulau Galang,” kata Hadi.
Mengenai kapasitas rumah sakit yang akan dibangun nantinya akan mampu menampung sekitar 1.000 pasien dengan ratusan jumlah kamar dimana 50 kamar akan dijadikan kamar khusus isolasi penyakit menular berstandar protokol kesehatan dari WHO.
Bekas pusat penampungan pengungsi Vietnam (Camp Vietnam) di Pulau Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, yang kini menjadi salah satu tempat wisata sejarah kemanusiaan.
Kamp pengungsian manusia perahu asal Vietnam merupakan saksi sejarah penanganan pengungsi di Indonesia. Jadi harus dijaga agar tetap lestari meski saat ini sudah ditinggalkan penghuninya mencari suaka ke sejumlah negara dan sebagian dikembalikan ke negara asal.
Tempat tersebut sudah beberapa tahun dikelola menjadi tempat wisata sejarah oleh BP Batam namun karena sudah lama tidak digunakan, bangunan tersebut sudah termakan usia.
Pantauan di lokasi, di tengah hutan di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau itu memang terdapat bangunan bekas Pengungsi Vietnam yang sudah terkelupas catnya.
Ada juga bangunan bertuliskan RS Palang Merah Indonesia (PMI) namun terlihat sudah terbengkalai.
Panglima TNI mengatakan pengungsi Vietnam kala itu memakai lokasi itu dari tahun 1979 sampai 1996, karena itu memang kondisi sejumlah bangunan masih perlu diperbaiki karena sudah lama tidak digunakan.
Namun, karena tempat itu sudah tersedia sumber air bersih dan listrik, serta memiliki bangunan bekas rumah sakit, maka dianggap memenuhi syarat bagi pemerintah untuk dijadikan lokasi observasi virus menular, salah satunya virus corona.
“Fasilitas di sini juga sudah memenuhi di antaranya adalah air, listrik, dan rencana ke depan akan kami perbaiki rumah sakit yang sudah ada,” kata Hadi.
Lokasi itu juga akan dijadikan pilihan rumah sakit dan tempat observasi korban terjangkit virus Corona, setelah di Pulau Natuna Utara dan Pulau Sebaru.
“Kami lihat situasinya saat ini tepat apabila kami merencanakan untuk melakukan rehabilitasi gedung-gedung yang sudah ada untuk dijadikan rumah sakit khusus yang digunakan (untuk penyakit menular) seperti yang saat ini merambah ke wilayah kita yaitu adanya Virus Corona,” kata Marsekal Hadi Tjahjanto.
Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan dirinya bersama Panglima TNI masih melihat orientasi lapangan terlebih dahulu sebelum memutus kapan waktu memulai pelaksanaan rehabilitasi tempat tersebut.
“Ini baru akan kami rencanakan, ini masih melihat ya kalau ada rumah sakit atau pelabuhan di sini, operasinya kayak apa, kondisi alamnya kayak apa. Mudah-mudahan bisa kita selesaikan semua,” kata Basuki.
Usai peninjauan, Panglima TNI, Menteri PUPR serta rombongan diantaranya, Asops Panglima TNI, Aslog Panglima TNI, Aslog Kasau, Dirziad, Kapuskes TNI, Kabais TNI, Kaskogabwilhan Idirziad, Kapuskes TNI, Kabais TNI, Kaskogabwilhan I serta Staf terkait bertolak kembali ke Jakarta dengan Pesawat Boeing 737 TNI AU.