Mengajarkan Anak Tanggung Jawab Selama Pandemik

Periode work from home dan learn from home saat ini membuat Anda memiliki lebih banyak waktu di rumah bersama anak-anak.

Kebanyakan orangtua bingung memberikan kegiatan untuk anaknya supaya tidak bosan di rumah. Mengajarkan tanggung jawab pada anak bisa jadi salah satu pilihan kegiatan yang seru dilakukan bersama.

Read More

Psikolog Jane Cindy Linardi dari RS Pondok Indah di Bintaro Jaya mengemukakan beberapa manfaat yang bisa dirasakan anak ketika sudah bisa bertanggungjawab atas apa yang dikerjakan.

“Melatih daya juang anak, karena anak tidak terbiasa dibantu orangtua, sehingga ia memiliki motivasi internal untuk berusaha menyelesaikan segala sesuatu sendiri,” kata Jane dalam keterangan.

Selain itu, kemampuan anak mengatasi masalah jadi lebih terasah. Misalnya, ketika minuman tumpah, dia akan menyelesaikannya dengan membersihkan dengan lap.

Anak yang bisa bertanggung jawab juga bisa lebih percaya diri karena yakin atas kemampuannya melakukan sesuatu.

Menurut Jane, anak sudah bisa diberi keleluasaan untuk memutuskan sesuatu sejak kecil, dimulai dari memilih mainan, pakaian sampai makanan yang akan disantap.

Namun, bukan berarti anak dilepas sendirian. Orangtua harus tetap mendampingi.

“Misalnya, saat hendak melatih anak mengambil keputusan sendiri terhadap pakaian yang akan ia pakai, maka Anda dapat membantu menjabarkan bahwa tempat yang akan dikunjungi memiliki suhu atau temperatur yang dingin. Dengan itu, anak dapat bertanggung jawab dan menyesuaikan keputusannya dengan kondisi atau situasi yang akan dihadapinya.”

Tanggung jawab bisa diajarkan sejak anak berusia dua tahun dari hal kecil, seperti merapikan mainan bersama-sama setelah bermain. Awalnya orangtua tetap membantu, setelah anak terbiasa, kurangi peran orangtua dan latih mereka untuk merapikan sendirian.

Setelah itu, naikkan lagi level tanggung jawab seperti mengurus barang yang dimiliki, misalnya menaruh pakaian kotor di keranjang cucian setelah dipakai, membuang sampah di tempatnya serta merapikan tas sekolah.

Semua tetap dilakukan dengan pendampingan orangtua, tapi kurangi peran Anda secara bertahap agar anak bisa menyelesaikan tanggung jawab. “Penguatan berupa pujian dan afirmasi dapat diberikan setelah anak berhasil menuntaskan tanggung jawabnya sendiri.”

Baru setelah anak bisa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, orangtua bisa memberi porsi yang lebih besar dengan tanggungjawab di rumah. “Misalnya mematikan lampu, AC, TV setelah digunakan, meletakkan piring makan yang telah dipakai di wastafel dapur.”

Level selanjutnya adalah mengajari buah hati bertanggungjawab terhadap hal lain, misalnya membantu mengurus hewan peliharaan atau menjaga barang belanjaan orangtua.

“Jangan lupa untuk memberikan contoh langsung kepada si kecil agar si kecil lebih mudah menerapkannya karena sudah melihat contoh yang nyata,” kata dia.

Tanggung jawab terhadap tugas sekolah bisa diajari dengan menyediakan “waktu bersama” antara anak dan orangtua. Di satu meja yang sama, anak bisa mengerjakan PR sementara orangtua menyelesaikan pekerjaan.

Apa yang harus dilakukan bila anak sudah besar tapi kurang bertanggungjawab. Coba refleksikan lagi pola asuh yang diterapkan. Jika orangtua banyak mengambil alih semua tanggung jawab anak, kurangi peran dan bantuan dari orangtua. (ant)

Related posts

Leave a Reply