JAKARTA, Kampanye melalui media sosial yang dilakukan para calon baik legislatif maupun presiden dan wakil presiden dinilai menjadi senjata ampuh menggaet para calon pemilih.
Hal itu disampaikan Anggota MPR RI Novita Wijayanti dalam kegiatan sosialisasi empat pilar kebangsaan, di Cilacap, Jawa Tengah, pada 23 Januari 2024.
“Media sosial menjadi senjata yang ampuh untuk menggaet pemilih khususnya pemilih muda, mengingat pengguna internet di Indonesia didominasi oleh pemilih muda, para milenial, atau yang sering disebut dengan generasi Z yang menguasai total pemilih 2024 nanti,” kata Novita dalam keterangannya.
Menurut Novita, kampanye pemilu 2024 ini berbeda dengan pemil sebelumnya seiring dengan semakin berkembangnya zaman, digitalisasi, dan globalisasi. Kondisi seperti itu membuat, sejumlah tokoh dan politisi aktif dan intens menggunakan media sosial sebagai platform komunikasi dengan masyarakat.
Tak terkecuali dengan dirinya, Novita mengaku menjadi satu dari sekian tokoh atau politisi yang memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk mempromosikan diri kepada masyarakat.
“Saya sebagai anggota MPR RI yang juga termasuk aktif dalam bermedia sosial dan selalu update dalam setiap aktifitasnya di beberapa media sosial,” ungkapnya.
Dalam sosialisasi ini, Novita pun menyampaikan bahwa kampanye yang dilakukan di media sosial akan memberikan pendidikan politik bagi publik, baik dari sisi positif atau pun dampak negatifnya.
Hal itu dapat dilihat dengan maraknya pemberitaan yang tidak benar atau hoax terkait pemilu 2024, yang menjatuhkan para kontestan lainnya melalui pemberitaan yang tidak sesuai di media sosial.
“Sehingga para calon yang mendaftar di pemilu 2024 atau pun partai politik pengusungnya mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pendidikan politik kepada masyarakat,” papar legislator dari Dapil Banyumas-Cilacap, Jawa Tengah ini.
Novita menyebutkan, hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan seminar atau diskusi kecil dengan mahasiswa di kampus-kampus, dalam sosialisasi seperti sekarang ini, atau pun melalui media sosial dengan menghadirkan konten-konten yang berkualitas.
“Pentingnya kita dalam menjaga ruang digital di tengah gempuran isu pemilu menjadi tanggung jawab bersama agar pemilu yang dihasilkan berkualitas dan demokrasi yang berkembang menjadi lebih sehat,” tegasnya.
Sebab, sambung Novita, bila masyarakat abai dan bahkan sampai mempercayai informasi yang bersifat hoax, disinformasi, mal informasi di media sosial dapat mengancam terjadinya perpecahan di tengah masyarakat.
“Apalagi jika masyarakat tidak dapat menyaring segala bentuk informasi yang didapat dari media sosial,” seru Novita.
Untuk itu, Novita berpesan di tengah perkembangan digitalisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, bangsa ini harus tetap berpegang teguh pada ideologi bangsa.
Apalagi, lanjutnya, di tengah kehidupan bermasyarakat, dengan adanya keberagaman suku, budaya, dan agama terkadang rentan menimbulkan perbedaan pandangan di masyarakat sangat mungkin terjadi.
“Karenanya, kita harus selalu berpegang teguh dan kembali kepada ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila dan pilar kebangsaan lainnya yaitu UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersinergi dengan agama demi terciptanya kerukunan bangsa.”
“Pancasila perlu dipahami secara komprehensif, tidak boleh dipahami secara parsial antara satu sila dengan sila yang lain, namun harus dipahami secara utuh dari sila pertama sampai kelima. Kelimanya saling berkaitan dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa,” pungkas Novita.