Oleh: Siti Maelani, S.M. (Wakabid Kesarinahan DPC GMNI Bogor)
Kasih sayang seorang ibu sepanjang masa. Tulus dan ikhlasnya dalam mengasihi seorang anak melebihi mengasihi dirinya sendiri. Bahkan rela kehilangan nyawanya demi menyelamatkan anak ketika saat melahirkan.
Minggu, 22 Desember 2019 merupakan Hari Ibu Nasional. Peringatan hari ibu merupakan peringatan peran perempuan baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan sosialnya. Hampir seluruh penduduk Indonesia merayakan dengan cara yang beragam. Misalnya dengan memberikan hadiah dan ucapan selamat, mengambil alih pekerjaan seorang ibu dan lain sebagainya.
Ketika mendengar kata ibu, maka yang terlintas dalam benak kita adalah seorang perempuan yang mengurusi dapur, sumur dan kasur. Itu mungkin dulu, pada saat ini tidak sedikit seorang ibu yang tidak hanya mengurusi rumah tangga saja. Tetapi juga dituntut oleh zaman untuk ikut mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Itulah potret sosok Ibu saat ini. Menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus menjadi tulang punggung keluarga bukanlah hal yang mudah. Membagi waktu dan fokus antara urusan rumah dan kantor menjadi beban bagi perempuan yang sudah berumah tangga di zaman ini. Karena jika salah satu terabaikan akan menjadi permasalahan, terutama urusan rumah tangga.
Peran ibu sebagai sekolah pertama bagi anak, maka fokus terhadap perkembangan anak menjadi sangat penting. Mulai dari merawat, mendidik dan mengarahkan pengembangan bakat anak lebih dominan terhadap peran seorang ibu. Bahkan di tangan seorang ibulah bergantung masa depan generasi-generasi bangsa. Begitu besar peran dan perjuangan seorang Ibu, seharusnya menjadi kewajiban kita dalam memuliakannya. Namun kenyataan tidak berbicara demikian. Masih banyak kita temui, baik dari berita maupun secara langsung, perlakuan yang tidak wajar dalam rumah tangga, baik itu kekerasan dalam bentuk fisik atau verbal.
Menurut data yang ada di P2TP2A Kota Bogor, tercatat 134 aduan terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2017, 108 aduan masuk pada tahun 2018 dan 93 aduan tercatat dari januari – Oktober 2019. Ketua P2TP2A Mutia Qoriana menyebutkan bahwa dari aduan kasus yang masuk masih didominasi oleh kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Bangsa ini sudah 93 kali memperingati perayaan hari ibu, tetapi makna dari peringatan tersebut belum tersampaikan dengan baik, khususnya di Kota Bogor. Perayaan hanya sebagai selebrasi semata tanpa mendalami makna yang terkandung dalam perayaan hari ibu tersebut. Memperingati hari ibu yang ke – 93 ini, saya mengajak kepada masyarakat untuk tidak hanya menjadikan moment selebrasi semata, namun dijadikan sebagai ajang untuk lebih menyadari betapa besar peran seorang ibu dalam kehidupan berkeluarga bahkan dalam kehidupan berbangsa serta menjadikan kita untuk memuliakan seorang ibu.
Seperti yang diungkapkan Bung Karno, “Perempuan itu tiang negeri. Manakal baik perempuan, baiklah negeri ini. Manakala rusak perempuan, rusaklah negeri.” Artinya perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan kehidupan bernegara, sehingga seorang perempuan menjadi tolak ukur baik buruknya suatu bangsa.