Matahari perlahan mulai memberi kehangatan Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina yang dijadikan tempat latihan pemain Timnas U-22 pagi itu. Tidak ada ketegangan yang terlihat antarpemain di lapangan yang terletak di pusat Kota Manila tersebut.
Senyum, canda dan saling memberi gurauan tampak di beberapa wajah pemain Timnas U-22, seolah tidak ada beban di masing-masing mereka jelang final sepak bola SEA Games 2019.
Eggy Maulana Vikri juga terlihat menggoda salah satu rekannya dengan mengambil celana pendek salah rekan setimnya yang sedang berganti kostum latihan. Eggy tertawa puas seusai membuat candaan itu.
Pemandangan itu terlihat setelah pemain dan ofisial Timnas U-22 melakukan latihan terakhir di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Senin (10/12) pagi.
Setelah latihan, Pelatih Indra Sjafri mendatangi kerumunan wartawan yang telah menunggu untuk memberikan keterangan kepada wartawan. Ia mengaku tidak ada beban apa-apa menjelang final melawan Vietnam yang akan berlangsung Selasa (10/12) di Stadion Rizal Memorial, Manila, pukul 20.00 waktu setempat.
“Ini hanya final SEA Games. Kenapa harus stres? Kalau sakratulmaut tidak apa-apa kita stres,” ujar Indra seusai memimpin latihan di Manila, Filipina, Senin.
Anak asuhnya, kata dia, juga tidak terpengaruh dengan besarnya sorotan publik Tanah Air ke skuat berjuluk Garuda Muda, dan tetap fokus konsentrasi menyambut pertandingan penting tersebut.
“Yang penting adalah niat baik, usaha yang keras dan doa. Kami harus berjuang karena hanya ada dua pilihan yaitu kita yang menang atau mereka,” katanya.
Pelatih yang pernah membawa juara dua kali Garuda Muda ini berharap dukungan doa dari masyarakat Indonesia agar timnya mampu merebut medali emas sepak bola putra SEA Games 2019.
Dalam catatan sejarah sepak bola Indonesia di SEA Games, Indonesia pernah lolos ke final dan menjadi juara dengan merebut medali emas pada SEA Games Manila 1991.
Kini di final cabang olahraga sepak bola SEA Games melawan Vietnam di tempat yang sama Stadion Rizal Memorial, Manila, Tim Garuda Muda diharapkan bisa kembali mengulang sejarah emas pada SEA Games sebelumnya.
Saat itu, Tim Indonesia mampu memupuskan kedigdayaan juara bertahan Thailand lewat adu penalti dengan skor 4-3, dan keluar sebagai juara SEA Games untuk kedua kalinya setelah sebelumnya menjuarai ajang yang sama pada tahun 1987.
Perjalanan Timnas U-22
Perjalanan Saddil Ramdani dan kawan-kawan ke partai puncak final SEA Games 2019 Filipina tergolong mulus, meski di awal kejuaraan beberapa pengamat dan media memprediksi Timnas U-22 akan menemui banyak kesulitan, karena berada di grup neraka dan berisi tim-tim unggulan seperti Thailand, Singapura, Vietnam, Brunai Darusalam dan Laos.
Di awal laga, Pelatih Indra Sjafri mampu membuktikan bahwa tidak gentar berada di grup tersebut dengan menundukkan Thailand 2-0 yang merupakan langganan juara sepak bola SEA Games pada Selasa, (26/11).
Langkah kedua Timnas U-22 harus bertemu Singapura pada Kamis (28/11), dan juga mampu menundukkan dengan skor yang sama 2-0, sekaligus mengantarkan Tim nasional U-22 Indonesia merebut puncak klasemen Grup B SEA Games 2019.
Laga ketiga Timnas U-22 harus kembali bertemu tim kuat lainnya Vietnam. Dalam laga itu, Saddil dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan tim asuhan Park Hang Seo itu dengan skor 2-1 pada Minggu (1/12) malam.
Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga Eggy dan kawan-kawan agar tidak jumawa atas dua kemenangan sebelumnya, dan langsung tancap gas dengan menundukkan Brunai Darrusalam Selasa (3/12) malam dengan skor 8-0.
Kemudian melibas Laos di laga terakhir dengan skor 4-0 dan membawa Timnas U-22 lolos ke semifinal menempati runner up grup B bertemu Myanmar.
Menghadapi tim yang dulu bernama Burma ini Evan Dimas dan kawan-kawan sempat kesulitan, karena meski sempat unggul 2-0, namun bisa disamakan dengan skor 2-2 sampai 2×45, hal ini memaksa pertandingan harus ada babak tambahan 2×15 menit.
Di akhir laga, Evan Dimas yang ketika itu menjadi pengatur serangan mampu menyumbang dua gol gawang Myanmar Sabtu (7/12), sekaligus mengantar timnas Indonesia ke final untuk menghadapi Vietnam.
Kini jelang laga final melawan Vietnam, tentu doa masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan pasukan Garuda Muda, untuk mampu memenangi pertandingan karena menjadi asa terakhir bagi kontingen Indonesia.
Teringat ucapan kawan dalam sebuah obrolan kecil, raihan emas cabang sepak bola itu sudah melebihi raihan juara umum, sebab meski seandainya bisa meraih juara umum namun sepak bola gagal, sama halnya nasi goreng tanpa garam yang hambar rasanya. (ant)