Konten Pro-Anoreksia Pengaruhi Kepercayaan Diri Wanita

Logo aplikasi TikTok terlihat pada ilustrasi. (ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Dok)

JAKARTA, Sebuah studi terbaru dari Australia menunjukkan bahwa wanita yang menghabiskan waktu untuk scrolling TikTok berisiko lebih besar mengalami penurunan kepercayaan diri dan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka. Penelitian ini, dilakukan oleh Rachel Hogg dan Madison Blackburn dari Charles Sturt University, mengungkapkan hubungan antara paparan konten pro-anoreksia dan reaksi tubuh negatif pada wanita.

Studi ini melibatkan 273 wanita berusia 18 hingga 28 tahun yang disurvei tentang penggunaan TikTok mereka dari Juli hingga Oktober 2021. Para peserta kemudian diperlihatkan konten pro-anoreksia—konten yang mendukung gangguan makan dengan penolakan terhadap berat badan sehat. Hogg mencatat bahwa hanya dengan 10 menit melihat konten tersebut, para peserta melaporkan reaksi tubuh yang negatif.

Read More

Selain itu, algoritma TikTok yang menyesuaikan diri dengan minat pengguna berkontribusi pada penyebaran konten berbahaya. “Algoritma TikTok jauh lebih berpengaruh daripada pilihan pengguna individu dalam menentukan konten yang mereka lihat di halaman ‘For You’,” kata Hogg.

Pentingnya Kesadaran Terhadap Konten Berbahaya

Penelitian ini menemukan bahwa 64 persen wanita yang disurvei telah terpapar konten makan tidak teratur di halaman “For You” mereka. Sebagai contoh, video yang memuat tagar seperti #GymTok dan #FoodTok, termasuk yang menampilkan humor tentang perilaku makan tidak teratur dan tips penurunan berat badan ekstrem, dikaitkan dengan ketidakpuasan terhadap penampilan diri.

Namun penelitian ini tidak mengeksplorasi dampak jangka panjang dari paparan konten pro-anoreksia. Secara umum, temuan ini menambah bukti tentang potensi risiko media sosial terhadap kepercayaan diri dan citra tubuh perempuan muda. Di samping itu, Common Sense Media dan Center for Countering Digital Hate juga telah menyoroti kekhawatiran serupa mengenai dampak TikTok pada kesehatan mental.

Sementara itu, Meta juga menghadapi kritik serupa setelah laporan Wall Street Journal pada 2021 menunjukkan bahwa platform mereka bisa menjadi “toxic” bagi kesehatan mental remaja. Beberapa gugatan hukum terhadap platform seperti Meta dan TikTok telah diajukan, mengklaim bahwa aplikasi seperti Instagram merusak kesehatan mental anak-anak.

 

Related posts

Leave a Reply