JAKARTA, Lonjakan kasus COVID-19 pada gelombang kedua pandemi tidak hanya berdampak pada orang dewasa tetapi juga anak-anak, bahkan layanan konsultasi kesehatan digital pada klinik spesialis anak juga mengalami peningkatan.
Data nasional menunjukkan konfirmasi COVID-19 pada anak berusia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen. Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi COVID-19 adalah anak-anak. Salah satu penyebab tingginya angka infeksi pada anak adalah orang tua kurang disiplin dalam menerapkan dan menjaga prokes.
Dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Management Good Doctor mengatakan klinik spesialis anak di platform Good Doctor mengalami peningkatan permintaan konsultasi yang tinggi sebanyak 45 persen selama 2 minggu terakhir dan merupakan salah satu klinik spesialis yang paling banyak diakses pengguna.
“Konsultasi terkait COVID-19 pada anak juga meningkat, saat ini sebanyak 25 persen dari total jumlah konsultasi terkait COVID-19. Karena itu kami berharap semakin banyak orang tua memanfaatkan layanan ini dengan maksimal karena dapat diakses dari mana saja, kapan saja untuk menjaga dan melindungi kesehatan buah hati,” kata dr. Adhiatma dalam webinar “Healthy Kids Healthy Family” pada Sabtu.
Dokter Spesialis Anak mitra Good Doctor, Dr. Natasha Ayu Andamari, Sp.A, menjelaskan penularan COVID-19 pada anak pada umumnya terjadi lewat orang dewasa di sekitarnya yang tidak taat prokes. Misalnya saja tidak segera berganti pakaian dan mencuci tangan setelah beraktivitas di luar rumah.
“Orang tua harus tetap waspada dengan mematuhi prokes dan tidak mengajak anak-anak untuk keluar rumah dulu,” kata dr. Natasha.
Lebih lanjut, dr. Natasha mengatakan ketika orangtua mendapati anak-anak di rumah menunjukkan gejala seperti demam dan batuk, tidak ada salahnya waspada dan mencurigai si kecil terpapar COVID-19.
“Meskipun gejala pada anak umumnya ringan, namun bagi anak dengan kondisi khusus, misalnya memiliki kondisi medis lainnya, maka sebaiknya segera cek ke dokter,” ujarnya.
Jika anak terdeteksi positif COVID-19, maka langkah yang dianjurkan adalah isolasi mandiri, orangtua bisa mendampingi anak dengan tetap menggunakan masker, dan melakukan prokes lainnya. Selama isoman, penuhi kebutuhan anak dengan nutrisi sehat, dan pemberian obat serta vitamin yang dianjurkan.
“Orang tua harus mengenali tanda bahaya saat anak melakukan isoman di rumah dan segera laporkan atau bawa anak ke IGD jika ada tanda bahaya,” kata dr. Natasha.
Selain memperhatikan kondisi fisik, masalah psikologis anak juga harus diperhatikan. Psikolog anak dan keluarga, Samantha Elsener, M.Psi, mengatakan saat ini anak-anak di Indonesia sedang mengalami masa sulit.
Mereka tak bisa belajar bersama para guru, teman-teman mereka, bermain, dan bergaul karena ada pembatasan sosial. Kondisi tersebut tentu berpengaruh pada kondisi mentalnya.
“Sebagai pembimbing dan pengasuh utama anak selama pandemi, orangtua perlu menemukan cara-cara agar bisa mengelola rasa stres dan emosinya agar pendidikan dan perkembangan anak tetap optimal,” ujar Samanta.
Untuk mengurangi stres, Samanta menyarankan orangtua melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan di rumah seperti bermain board games, atau mengajak anak membantu pekerjaan rumah.
Jika orangtua merasa tekanan yang dialami selama pandemi terlalu besar, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada ahlinya, bisa melalui layanan telemedicine.