Komunikasi Perusahaan Hadapi Lima Tantangan di Era Digital

JAKARTA, Komunikasi perusahaan yang biasanya digawangi Public Relation (PR) menghadapi lima tantangan yang tidak mudah di era digital, dan harus disikapi dengan cermat agar brand perusahaan berkembang.

Hal itu dikemukakan Pendiri and CEO London School Public Relation (LSPR) Prita Kemal Gani dalam perayaan ulang tahun ke-16 majalah MIX , yang keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu. “Ada tantangan sekaligus peluang bagi para praktisi komunikasi perusahaan di era digital,” kata Prita.

Lima tantangan sekaligus peluang tersebut adalah pertama, konvergensi media tradisional dan digital. Kedua, bentuk komunikasi interaktif dan ketiga,  informasi sekarang mengalir dengan cepat dan gratis. Kemudian keempat segala sesuatu didukung oleh teknologi dan kelima, kecepatan perubahan dan kecepatan respons.

Ia mengatakan aktivitas PR yang proaktif sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah brand. Terlebih di era digital yang semakin heterogen dengan tampilnya new audience, new relations, new tool, serta new standard.

“Jelas, itu menjadi tantangan bagi pengelola brand maupun praktisi komunikasi,” ujar Prita yang juga President ASEAN PR Network (APRN). Untuk itu, menurut dia, ada tiga strategi PR yang perlu dilakukan lebih masif di era digital saat ini.

Pertama, kata dia, penting bagi praktisi komunikasi perusahaan menjalin hubungan yang baik. Kedua, melakukan endorse melalui orang-orang yang kompeten dan memiliki kredibilitas yang baik, dan ketiga berupaya menciptakan image brand maupun korporat yang juga baik.

Prita mengatakan lima tahun ke depan penting bagi seorang PR memiliki relationship skill, resources skill; management skill, leadership skill, multimedia development skill, research skill & analysis, written & verbal communications skill, multicultural & adaptable, entrepreneurial skill, serta finance & budgeting skill.

Apalagi, kata dia, kini konvergensi media tradisional dan digital, serta penyampaian pesan konsumen yang semakin cepat dan interaktif, kemudian semua orang bisa berkomentar di sosial media, menjadi tantangan tersendiri bagi PR.

“Yang paling penting adalah bagaimana pemilik brand dapat merancang strategi PR dengan jitu melalui orang-orang di bagian PR yang memiliki skill dan kompetensi yang andal,” imbuh Prita.

Sementara itu Pemimpin Redaksi Majalah MIX, Lis Hendriani menyoroti pentingnya jurnalis di era digital meningkatkan kompetensi mereka membuat berita yang berimbang untuk membedakannya dengan para selebgram, endorser, atau Key Opinion Leader (KOL) yang selama ini banyak yang diperlakukan sebagai paid media oleh brand/korporat. (antara)

Related posts

Leave a Reply