Komisi VII DPR RI Dorong Strategi Baru Bangkitkan Kejayaan Udang Lampung

JAKARTA, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia mendorong pemerintah bersama para pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi baru guna mengembalikan kejayaan udang asal Lampung sebagai salah satu sentra produksi terbesar di Indonesia.

Chusnunia menilai Lampung memiliki sejarah panjang sebagai pusat udang nasional. Namun, hingga kini masih banyak tambak yang mengandalkan metode tradisional sehingga rentan terhadap serangan penyakit dan menurunkan produktivitas.

Read More

“Lampung memiliki sejarah panjang sebagai pusat udang nasional. Meski demikian, masih banyak tambak di Lampung menggunakan metode tradisional yang rentan penyakit. Hal tersebut tentu harus diperbaiki,” kata Chusnunia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (22/12).

Untuk itu, ia mendorong para petambak beralih ke teknologi budidaya yang lebih modern, termasuk sistem yang mampu mencegah kebocoran limbah. Selain itu, penguatan pembenihan lokal dinilai penting agar petambak memperoleh benur bebas patogen tanpa bergantung pada impor.

Pimpinan Komisi VII DPR RI yang membidangi sektor perindustrian tersebut juga menyoroti kinerja ekspor udang Lampung yang sempat mengalami penurunan sepanjang 2025. Menurutnya, kondisi itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari dinamika geopolitik perdagangan global, isu keamanan pangan, kenaikan biaya produksi, hingga tingginya ketergantungan pada pasar Amerika Serikat.

“Negara kompetitor seperti Ekuador dan India menawarkan harga yang lebih kompetitif. Ekuador, misalnya, memiliki biaya logistik lebih murah dan skala industri yang efisien, sehingga udang Lampung sulit bersaing secara harga di pasar global,” ujarnya.

Untuk mengatasi persoalan permodalan, Chusnunia mengusulkan agar petambak kecil disatukan dalam satu manajemen profesional. Langkah tersebut diharapkan dapat mempermudah akses pembiayaan, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus sektor perikanan dengan bunga rendah.

Terkait tingginya biaya produksi, ia menilai perlu adanya kebijakan energi khusus bagi sektor akuakultur. Salah satu upaya yang didorong adalah investasi pabrik pakan di wilayah Lampung guna menekan biaya logistik.

“Biaya pakan selama ini menyumbang sekitar 60 hingga 70 persen dari total biaya produksi. Jika pabrik pakan ada di Lampung, beban itu bisa ditekan,” kata Chusnunia.

Selain itu, ia mendorong diversifikasi pasar ekspor dengan mengalihkan sebagian tujuan ke negara-negara yang memiliki permintaan tinggi namun regulasi lebih longgar, seperti China, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.

“Kita harus memaksimalkan perjanjian dagang, termasuk skema Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan negara-negara mitra, agar ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat bisa dikurangi,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply