JAKARTA, Cerita lengkap perihal 5 pertanyaan yang Megawati Soekarnoputri pernah ajukan ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terungkap. Pertanyaan yang diajukan oleh Presiden ke-5 RI ke Presiden ke-6 RI itu disebut tak pernah terjawab.
Adalah politikus senior PDIP Panda Nababan yang mengungkap cerita mengenai 5 pertanyaan Megawati yang tak pernah dijawab SBY itu. Momen itu diceritakan ulang oleh Panda melalui bukunya ‘Panda Nababan Lahir Sebagai Petarung: Sebuah Otobiografi, Buku Dua: Dalam Pusaran Kekuasaan’.
“Belum genap setahun berkuasa, SBY berkeinginan bertemu dengan Megawati untuk memperbaiki hubungan yang merenggang. SBY mengirim utusan untuk menyampaikan pesan bahwa dirinya menunggu kedatangan Megawati di Istana Merdeka,” demikian Panda mengawali ceritanya dalam bukunya, seperti dilihat dnews pada Minggu (26/6/2022).
Panda menuturkan, setelah menerima undangan dari SBY, Megawati lantas memanggilnya, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PDIP DPR RI. Tjahjo Kumolo, yang kala itu menjabat ketua fraksi, dan Pramono Anung yang saat itu menjabat Sekjen PDIP juga ikut dipanggil. Panda, Tjahjo, dan Pramono diminta hadir di Teuku Umar, kediaman Megawati.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri almarhum Taufiq Kiemas, suami Megawati, Panda mengatakan sang ketua umum menyampaikan enggan bertemu sebelum SBY mengklarifikasi sikapnya terhadap Megawati. Taufiq Kiemas kala itu lantas menawarkan diri untuk mewakili Megawati bertemu SBY di Istana Merdeka. Namun, Megawati menolak ide itu.
“Nggak, kamu kan sama saja dengan diriku. Kalau kamu yang ke sana, ya, sama saja dengan aku yang ke sana,” kata Megawati yang dikutip Panda.
Megawati kemudian memutuskan agar Panda, Tjahjo, dan Pramono yang pergi menemui SBY di Istana. Sebelum ketiganya berangkat, Megawati pun menitipkan 5 pertanyaan untuk dimintakan klarifikasinya kepada SBY. Panda melanjutkan, jawaban atas 5 pertanyaan itu menjadi penentu apakah Megawati bersedia bertemu SBY atau tidak.
Namun, saat mobil hendak bergerak pergi ke Istana, Panda mengatakan Megawati tiba-tiba meminta mobil berhenti. Megawati, kata dia, meminta Tjahjo dan Pramono untuk turun dari mobil. Megawati meminta Panda untuk bertemu SBY sendirian, tanpa Tjahjo dan Pramono. Alasannya, Tjahjo dan Pramono yang merupakan orang Jawa dinilai tidak akan berani berbicara, beda dengan Panda yang berasal dari Batak dan mantan wartawan.
Dalam perjalanannya dari Teuku Umar ke Istana Merdeka kala itu, Panda mengaku merenung. Dia bertanya-tanya apakah dia mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan titipan itu ke Presiden RI. Serta apakah dia bisa membedakan bahwa SBY berbohong atau tidak. Bagi Panda, momen kala itu sangatlah fantastis. Sebab, momen tersebut menurutnya berbeda dari saat Megawati memintanya menemui Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Setibanya di Istana, Panda mengatakan kala itu SBY sudah menunggu. SBY, lanjutnya, saat itu didampingi Bachtiar Chamsyah, yang kala itu menjabat Menteri Sosial. Panda pun kemudian meminta untuk berbicara empat mata saja dengan SBY.
“Ibu Megawati di mana? Ibu nggak bisa datang?” tanya SBY kepada Panda, seperti dituliskan kembali dalam buku. “Ibu ada di rumah, nggak bisa datang. Saya yang diutus,” jawab Panda kepada SBY. Pada momen inilah Panda kemudian menjelaskan bahwa Megawati hanya bersedia bertemu jika SBY sudah mengklarifikasi lima pertanyaan yang diajukannya.
SBY kemudian disebutnya bertanya ‘apa pertanyaan itu?’. Panda pun mengaku menyampaikan satu per satu pertanyaan titipan Megawati kepada SBY. Pertanyaan pertama, “Apakah benar Bapak mengatakan, ‘Saya ini sebenarnya sudah di comberan, kemudian saya diwongke (dimanusiakan) Ibu Megawati’. Benar nggak?” Panda mengatakan, SBY kala itu menjawab ‘nanti saya jawab’ dan bertanya pertanyaan kedua.
Panda kemudian melontarkan pertanyaan kedua. “Apakah benar Bapak pernah membuat kegiatan politik di Kantor Menko Polhukam? Ibu mengetahui, karena selaku Presiden mendapat informasi A1 juga,” tanya Panda kala itu.
Usai mendengar pertanyaan kedua, Panda menyebut SBY saat itu terdiam cukup lama. “Oke, nanti saya jawab,” tulis Panda mengutip SBY kala itu yang disebutnya sembari menggeser posisi duduknya. Pertanyaan ketiga dilontarkan Panda. “Ketika sidang kabinet dipimpin Presiden Megawati, beliau bertanya, ‘siapa di antara kita yang maju di pilpres?’ Pak SBY menjawab tidak maju. Apakah itu benar?”, tulis Panda lagi menceritakan ulang pertanyaannya ke SBY kala itu.
Panda mengatakan SBY saat itu tercengang dan tercenung, seakan tidak percaya dengan pertanyaan Megawati. Keheningan pun mewarnai pertemuan itu cukup lama.
Panda mengaku kemudian memecah keheningan itu dengan melontarkan pertanyaan, “Ketika Presiden Megawati menerima Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti di Istana Merdeka, kemudian Pak SBY datang ingin bertemu Ibu Presiden, karena itu pertemuan dengan Kuntjoro-Jakti dipercepat supaya Megawati bisa menerima Pak SBY. Pada pertemuan itu, Pak SBY mengatakan ‘Saya bersedia menjadi wakil presiden mendampingi Ibu Mega’. Apakah ini masih diingat Pak Susilo? Apakah yang disampaikan Ibu Megawati ini benar?”.
Wajah SBY, kata Panda, kala itu kaku tidak menoleh kepadanya. Mata SBY pun disebutnya menerawang ke meja porselin dekat pintu ruangan Istana Merdeka. Panda mengungkapkan, pertanyaan kelima yang diajukannya kembali menjadi pemecah kebekuan malam itu. “Pak SBY mengatakan sering dikucilkan oleh Ibu Megawati, tidak diundang dalam rapat kabinet. Apakah itu betul?”, tulis Panda lagi menceritakan kembali pertanyaan yang diajukannya ke SBY.
SBY kala itu disebutnya tampak terperangah. Panda mengatakan tak satu pun pertanyaannya dijawab SBY. Kala itu, lanjutnya, SBY justru menyandarkan punggung ke sofa dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit dengan mata terpejam. Panda mengatakan momen itu terjadi 30 menit lamanya. Panda pun mengaku merenung saat itu. Pertemuan dengan SBY kala itu ditulisnya sebagai pertemuan yang emosional dan dramatis.
Untuk memecah keheningan, Panda kala itu kembali melontarkan pertanyaan ke SBY. Dia bertanya apakah ada yang salah dengan pertanyaan yang diajukan itu. SBY, kata Panda dalam bukunya, menjawab ‘tidak’ sembari menggelengkan kepala.
“Terus, apa yang saya sampaikan nanti ke Ibu Megawati tentang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu?”, demikian pertanyaan yang diajukan Panda kala itu ke SBY. Panda menuturkan SBY saat itu menjawab ‘nanti akan saya jelaskan’.
Panda kemudian mengaku menyampaikan hasil pertemuannya dengan Megawati di Denpasar, Bali. Panda mengatakan kala itu Megawati merespons ketus hasil percakapannya dengan SBY.
“Dia tidak jujur. Kalau dia jujur, mudah menjawab pertanyaan itu semua. Itulah kalau berbohong,” kata Megawati kala itu seperti yang dituliskan Panda kembali. Panda juga menyebut raut kekecewaan tampak di wajah Ketum PDIP itu.
Panda melanjutkan hal itulah yang kemudian membuat Megawati tidak ‘happy’ bertemu SBY. Hal itu jugalah yang disebut Panda mendasari penolakan Megawati untuk hadir di acara kenegaraan saat SBY memimpin.
Dalam bukunya, Panda juga mengungkap orang selain SBY yang membuat Megawati tidak bahagia. Orang tersebut adalah Amien Rais. Panda mengungkapkan, Megawati sukar memaafkan Amien Rais. Sebab, Amien Rais dengan iming-iming kursi presiden dengan merek ‘poros tengah’-nya menjadi penyebab persahabatan Megawati dengan Gus Dur terpecah. “Aku tidak bisa melupakan itu, Pan,” tulis Panda mengulang pernyataan Megawati kepadanya kala itu.