Sebulan sudah sejak pertama kali Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan dua kasus pasien positif COVID-19 asal Indonesia pada Senin (2/3).
Seperti bendera “start” diangkat, masyarakat Indonesia berlomba-lomba belanja kebutuhan bahkan di pasar masker hilang, hand sanitizer sulit ditemukan, bahkan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan tenaga medis ikut habis.
Ditambah lagi dengan berseliweran berita bohong (hoaks) melalui media massa dan jaringan pertemanan tentang pandemi itu. Polda menyebutkan sudah ada 43 kasus hoaks yang ditangani serta beberapa pelakunya sudah mendekam dalam penjara.
“Panic buying‘ juga menjadi fakta yang menyertai selama pandemi terjadi. Bahkan sehari pascadiumumkan, warga Jakarta berbondong-bondong mendatangi pusat perbelanjaan, memborong perbekalan mulai dari bahan pokok, tisu hingga makanan kalengan.
Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan ‘panic buying‘ sebagai reaksi alamiah manusia yang merespon situasi yang tidak terkendali.
‘Panic buying’ tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi negara-negara seperti Amerika dan Eropa juga mengalami kejadian serupa.
“‘Panic buying’ bagian dari upaya manusia untuk memastikan dirinya dan keluarganya siap menghadapi situasi,” kata Devie.
Devie melihat, di tengah ‘panic buying’ tersebut ada kondisi di mana masyarakat tidak mendapatkan informasi yang utuh tentang penanganan COVID-19 di Indonesia.
Maraknya kabar bohong yang memicu ketidakpastian di masyarakat. Perlu informasi yang komprehensif dan masif yang diperbaharui setiap warga untuk meminimalkan gejolak di masyarakat terkait COVID-19.
‘Social Distancing’
Dua pasien positif COVID-19 seorang ibu usia (61) dan anaknya (31) lalu diberi nama pasien 01 dan 02. Setelah keduanya menjalani isolasi di RSPI Sulianti Saroso, tim medis menemukan lagi pasien 03 yang juga putri dari pasien 01.
Ketika ditelusuri riwayat perjalanan kontaknya dengan pasien positif COVID-19 asal Malaysia terjadi di lantai dansa di sebuah bar di bilangan Kemang, Jakarta Selatan pada tanggal 14 Februari 2020.
Dari temuan pasien 01, 02, lalu 03, angka tersebut terus bertambah, seiring dipulangkannya 258 anak buah kapal (ABK) Diamond Princes dan World Dream ke Pulau Sebaru.
Selain itu, kasus impor transmition atau penularan dari orang-orang yang melakukan perjalanan keluar negeri juga menambah daftar jumlah pasien COVID-19 di Indonesia khususnya Jakarta.
Tanggal 15 Maret 2020 Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan meminta warga Ibu Kota melakukan ‘social distancing’ atau pembatasan sosial dengan menjaga jarak saat beraktivitas.
“Dalam menjalani hari- hari ke depan semua warga Jakarta harus melakukan yang namanya social distancing measure. yaitu menjaga jarak antar warga, mengurangi kontak fisik, menjauhi tempat- tempat berkumpul orang banyak,”kata Anies dalam pesan suaranya yang diterima, Minggu (15/3).
Langkah cepat yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 yang begitu cepat di masyarakat.
Hingga langkah tersebut diperluas cakupannya, dengan menginstruksikan warga tetap di rumah, yakni bekerja di rumah, belajar di rumah dan beribadah di rumah.
Seiring perjalanan waktu istilah ‘social distancing‘, kembali dipersempit dengan melakukan pembatasan fisik atau ‘physical distancing‘ tujuannya agar warga benar-benar menjaga jarak secara fisik dengan yang lainnya supaya penularan virus bisa dicegah.
Kini kebijakan ‘social distancing‘ atau physical distancing telah berlaku di sejumlah daerah yang terkonfirmasi positif COVID-19 sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo.
Selain perkantoran dan sekolah, imbauan untuk dilakukan pembatasan sosial juga berlaku di objak wisata, tempat hiburan dan pusat perbelanjaan.
Kini sejumlah pertokoan, pusat perbelanjaan dan objek wisata yang ada di Jakarta sebagian besar telah tutup operasional.
Begitu pula layanan umum seperti Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang menutup sementara layanan ziarah dan pengurusan izin penggunaan tanah makam (IPTM) sampai batas waktu yang ditentukan yakni 12 April 2020.
Konsultan Kesehatan Masyarakat Nurul Nadia mengatakan kebijakan ‘social distancing‘ dilakukan supaya penularan COVID-19 tidak cepat, ini ditargetkan untuk usia produktif, karena di Indonesia banyak kelompok milenilal yang usia produktif memiliki aktivitas mobilitas yang tinggi.
“Kebijakan kerja di rumah, tidak banyak kumpul tempat umum, acara publik sudah harus dilarang, supaya jangan sampai menulari orang-orang yang daya tahan tubuhnya rendah, menyebabkan penyebaran kasus meningkat dan meningkatkan angka kematian,” kata Nurul dalam diskusi virtual meliput COVID-19, Selasa (17/3).
Dampak
Dalam upaya mencegah penularan virus corona penyebab COVID-19 yang sangat cepat di masyarakat, penerapan ‘social distancing‘ memberikan efek domino bagia dunia usaha maupun warga yang berpenghasilan rendah.
Sejumlah pekerja harian kehilangan sumber sebagian penghasilan, ketiga warga dirumahkan. Seperti pengemudi ojek online, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan penjual harian di sekolah.
Pengemudi angkot yang biasa ngetem di stasiun dan halte semakin lama mengetem karena menunggu penumpang yang tak kunjung datang.
Pengemudi ojek online, yang setiap pagi kebagian mengantar siswa sekolah, harus kehilangan pendapatan ketika siswa belajar dari rumah.
Pedagang kaki lima yang biasa berjualan di depan objek wisata tidak lagi bisa menggelar dagangannya ketika Taman Margasatwa Ragunan ditutup sementara dari tanggal 14 Maret sampai dengan 12 April 2020.
“Kalau sekolah diliburkan, objek wisata ditutup, karyawan juga dirumahkan, nah.. kita mau naik apa yah,” kata Nisam (40) pengemudi ojek daring saat ditemui di Taman Margasatwa Ragunan, Sabtu (14/3).
Kepedulian di tengah pademi
Pademi COVID-19 selain menimbulkan kecemasan juga mengundang kepedulian orang-orang untuk saling berbagi.
Seperti yang dilakukan relawan dari Sekolah Relawan yang rutin membagikan suplai makanan dan APD untuk paramedis yang merawat pasien COVID-19 di rumah sakit rujukan pemerintah.
Sekolah Relawan juga menggalang dana untuk menyalurkan Bantuan Keberlangsungan Hidup bagi pekerja harian yang terdampak ‘social distancing’ seperti tukang ojek daring, pengemudi angkot, pedagang asongan, pengamen, loper koran, tuna netra, dan pedagang jajanan keliling.
Tidak hanya Sekolah Relawan, banyak organisasi kemanusiaan lainnya yang bergerak membagikan bantuan kepada mereka yang kehilangan penghasilan harian mereka. Seperti yang dilakukan KAMMI Pusat.
“Berbagi tidak memandang status sosial, apalagi dalam kondisi pademi yang sudah global seperti ini, siapapun yang hidup mereka berhak mendapat bantuan mengatasi kesulitanya,” kata Staf bidang Kemitraan dan Hubungan Kemasyarakatan Sekolah Relawan, Agil Mulqi Syahrial, Senin (30/3).
Bersama melawan corona
Sejak diumumkan dua pasien positif di Indonesia pada 2 Maret, dalam kurun waktu 30 hari jumlah kasus COVID-19 positif Indonesia meningkat tajam.
Hingga Selasa (31/3) malam, data dalam situs corona.jakarta.go.id menunjukkan sebanyak 1.528 kasus positif COVID-19 di Indonesia, dengan rincian 1.311 orang dirawat, 81 sembuh dan 136 meninggal dunia.
Sebuah harapan untuk bisa melewati badai pademi ini terus digaungkan, salah satunya dari pasien sebuh COVID-19, yakni pasien 01, 02 dan 03.
“Jadi kita punya kekuatan dari dalam diri kita untuk menyembuhkan, asalkan kita disiplin minum air putih yang banyak,” kata pasien 03 yang dinyatakan sembuh dari Virus Corona COVID-19 dalam konferensi pers di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (16/3).
Selain disiplin minum air putih, menerapkan pola hidup sehat seperti istirahat yang benar serta asupan gizi, sayuran dan vitamin juga perlu dilakukan agar tubuh tetap fit.
“Jaga imun sistem, dan laksanakan personal ‘hygene’ yang ketat rajin mencuci tangan dan dengarkan saran dari pemerintah,” katanya.
Pasien 03 mangajak masyarakat untuk mematuhi apa yang disarankan oleh pemerintah seperti melakukan pembatasan sosial sementara untuk mencegah penyebaran Virus Corona (COVID-19).
Ia juga mengingatkan bahwa, bagi pasien positif Corona yang tidak disertai tanda-tanda gejala apapun terkait pademi global tersebut lebih berbahaya karena tanpa disadari telah menularkan kepada orang lain.
Oleh karena itu ia mengimbau kewaspadaan masyarakat untuk menjaga diri dan orang lain dari penularan virus tersebut saat beraktivitas.
“Kasus saya yang dinyatakan positif tapi tidak memiliki tanda-tanda apapun itu sebenarnya lebih berbahaya karena kita melakukanaktifitas seperti biasa dan bisa menularkan ke orang yang imunnya dan kesehatannya lebih lemah dari kita. Itu akan berefeknya lebih parah,” kata pasien 03.
Perang bersama melawan penyebaran corona juga digaungkan di sejumlah wilayah, mulai dari gerakan bersih masjid dengan penyemprotan disinfektan, lalu disinfeksi di seluruh fasilitas umum, fasilitas sosial, perkantoran, sekolah, hingga jalanan di Ibu Kota.
Dewan Masjid Indonesia (DMI) menggaungkan gerakan semprot disinfektan 10 ribu masjid di Indonesia, peluncurannya dilakukan di Masjid Jami’ Al Munawwar, jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (20/3).
Ketua DMI Indonesia Jusuf Kalla yang hadir dalam peluncuran gerakan masjid itu mengatakan lebih baik sekarang sibuk di masjid dengan bersih-bersih dari pada sibuk di rumah sakit.
Seiring bertambahnya jumlah kasus, kini masyarakat diminta semakin memperketat isolasi mandiri di rumah aja, dengan beribadah dilakukan dari rumah. Shalat Jumat diganti dengan shalat Dzuhur.
Seperti pesan sosial yang selalu disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
“Jadilah kita semua disiplin jadi pahlawan COVID-19, lindungi orang lain, mari kita memenangkan perang melawan COVID-19, Indonesia bisa. Salam”. (ant)