Deputi pemimpin Taliban mengatakan kelompoknya akan segera menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk mengurangi kekerasan selama tujuh hari, seraya menambahkan bahwa para komandan militer sepenuhnya bertekad untuk mematuhi kesepakatan “bersejarah” itu.
“Bahwa kami saat ini berdiri di ambang kesepakatan perdamaian bersama AS bukanlah kejadian bersejarah yang remeh,” Sirajuddin Haqqani menulis dalam sebuah artikel opini di the New York Times, dalam pernyataan publik pertama yang signifikan oleh seorang pemimpin Taliban tentang kesepakatan pengurangan kekerasan selama sepekan.
Kesepakatan itu pada dasarnya, yang terhenti selama perundingan AS dan perwakilan Taliban di Qatar, dapat mengarah pada penarikan pasukan dari Afghanistan.
“Meraih kemungkinan kesepakatan, menjamin keberhasilannya dan mencapai perdamaian langgeng akan tergantung pada kepatuhan yang sama-sama cermatnya oleh AS mengenai masing-masing komitmennya,” tulis Haqqani yang juga kepala Jaringan Haqqani yang terkait Pakistan.
Benturan antara pasukan Afghanistan dan petempur Taliban berlanjut namun penjabat menteri dalam negeri Afghanistan mengatakan pada Selasa kesepakatan untuk mengakhiri kekerasan akan diperjuangkan dalam lima hari.
Haqqani juga menyebut ketakutan tentang Afghanistan sekali lagi menjadi batu loncatan bagi militan Islamis, seraya mengatakan kekhawatiran yang demikian itu “berlebihan”.
Menulis tentang bagaimana hak-hak perempuan di Afghanistan akan tampak jika pasukan asing hengkang, Haqqani menggambarkan “Sistem Islam” bahwa “hak-hak wanita yang dijamin oleh Islam dari hak pendidikan sampai hak bekerja dilindungi.”
Haqqani menekankan dalam artikel itu perlunya penarikan seluruhnya pasukan asing. Para pejabat di Afghanistan dan AS mengatakan sejumlah tertentu pasukan akan tinggal di negara itu untuk menjamin stabilitas.
Istana presiden Afghanistan bereaksi keras terhadap tulisan Haqqani.
“Menyedihkan bahwa New York Times memberikan ruang bagi orang yang masuk daftar teroris. Dia dan jaringannya berada di balik kerangan bengis terhadap rakyat Afghanistan dan warga asing,” Sediq Sediqqi, juru bicara istana, mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu, baru-baru ini Presiden Ashraf Ghani yang terpilih kembali bertemu Utusan Khusus AS Zalmay Khalizad untuk kedua kalinya dalam 24 jam pada Kamis untuk membahas isu yang terkait pembicaraan perdamaian dan rincian pengurangan kekerasan, Sediqqi mencuit di Twitter. (ant)