Tiga puluh klub top Eropa berpendapatan hampir sama dengan gabungan pendapatan 682 klub Eropa lainnya pada 2018 setelah keuntungan yang dihasilkan dari olah raga ini terus terkonsentrasi pada segelintir klub, demikian sebuah laporan UEFA yang diterbitkan Kamis.
Badan sepak bola Eropa itu mengungkapkan dalam laporan Club Footballing Landscape tahunannya bahwa 712 klub top di 55 liga Eropa memperoleh penghasilan 21 miliar euro selama tahun anggaran 2018 yang adalah peningkatan 20 persen dari setahun sebelumnya.
Namun demikian, UEFA menyatakan proporsi yang dihasilkan oleh lima liga besar Eropa –Inggris, Jerman, Spanyol, Prancis dan Italia– mencapai rekor tinggi sampai 75 persen yang 49 persen di antaranya mengalir hanya ke 30 klub.
Sementara itu, pertumbuhan pendapatannya tiga kali lebih tinggi di kalangan 30 klub terbesar ketimbang klub-klub sisanya, yang mengindikasikan bahwa kesenjangan terus melebar.
“Laporan ini menyoroti sejumlah ancaman terhadap keberlangsungan stabilitas dan sukses sepak bola Eropa,” kata presiden UEFA Aleksander Ceferin dalam pendahuluannya.
“Ini termasuk risiko akibat polarisasi pendapatan yang dipicu globalisasi, akibat lanskap media yang terfragmentasi dan akibat kasus terlalu tergantung kepada pendapatan dari aktivitas transfer.”
Laporan ini juga mengingatkan bahwa berkat dukungan laba yang ditarik televisi, upah naik sampai 9,4 persen atau 1,2 miliar euro, melewati peningkatan pendapatan. Klub-klub La Liga bertanggung jawab atas peningkatan 332 juta euro.
Upah kini menghabiskan 64 persen dari pendapatan klub yang menurut laporan itu melebihi industri mana pun dan 35 klub memiliki tagihan upah 100 juta euro atau lebih.
“UEFA akan secara hati-hati memonitor kecenderungan ini, karena tahun lain pertumbuhan upah yang kuat pada 2019 bisa kian menghabiskan laba operasional,” tulis laporan itu seperti dikutip Reuters.
Transfer tidak dimasukkan dalam kinerja pendapatan karena dilaporkan terpisah sebagai laba penjualan asset, sekalipun banyak klub menggantungkan pendapatan kepada transfer.
UEFA menyatakan klub-klub melaporkan pendapatan kotor 6 miliar euro dari transfer atau naik 25 persen.
Khusus Portugal, Prancis dan Belgia sebagai negara-negara di mana klub-klubnya menjadi tergantung kepada pendapatan transfer yang dalam kebanyakan kasus setara dengan 50 persen atau lebih dari total pendapatan.
“Klub-klub pengekspor bakat secara alamiah menjadi lebih tergantung kepada aktivitas transfer dalam menutupi upah pemain mereka dan beban operasional lainnya. Kesangatergantungan semacam itu bisa membuat hasil usaha berpotensi menghadapi risiko,” tutup UEFA.