Keresahan di Terowongan Kampung Pondok Bahar

Terowongan Kampung Pondok Bahar/Dok. Pribadi

Oleh: M. Nur Fadillah, Pemuda Pondok Bahar 01

Sudah puluhan tahun terowongan ini tidak mengalami perubahan sama sekali, hujan sedikit pasti banjir, belum lagi dengan minimnya penerangan yang ada

Read More

Lalu lalang terlihat sorot lampu dari kendaraan roda dua terlihat di terowongan di Pondok Bahar, luas jalan kolong di KM 11 ruas Tol Karang Tengah itu tergolong tidak ideal untuk sebuah jalan penghubung, karena hanya cukup satu kendaraan roda dua dan satu jalur saja. Sehingga jika ada kendaraan roda dua di lain jalur, maka mereka harus bergantian untuk lewat terowongan tersebut.

Sebagai wilayah yang menjadi daerah penyangga ibukota, agak aneh masih ada jalan terowongan yang terkesan tidak terawat ini. Sebagai putra asli Pondok Bahar, tentu resah melihat terowongan yang tidak dilengkapi lampu penerangan, jalanan yang sudah tidak layak (sehingga hujan sedikit saja tergenang).

Sudah puluhan tahun terowongan ini tidak mengalami perubahan sama sekali, hujan sedikit pasti banjir, belum lagi dengan minimnya penerangan yang ada, hal ini pastinya akan mengundang tindakan kriminal yang sering terjadi di jalan-jalan sepi yang minim akan penerangan.

Kekhawatiran ini pastinya terlintas di benak pengguna jalan yang melewati terowongan yang ada di Kampung Pondok Bahar, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang. Sebagai jalan utama, tidak sedikit warga Kampung Pondok Bahar yang merasa terganggu dengan kondisi terowongan yang ada.

Terowongan yang terendam banjir menjadi ancaman serius bagi keselamatan pengguna jalan. Air yang mengalir dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan kendaraan kehilangan kendali, serta memicu kerusakan pada struktur terowongan. Selain itu, banjir juga dapat menyebabkan hilangnya visibilitas, meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas di dalam terowongan.

Kemudian rentannya sistem pencahayaan dalam terowongan dapat menciptakan kondisi gelap yang mempersulit pengemudi untuk melihat jalan dan tanda-tanda arah. Ketidakmampuan pengemudi untuk melihat dengan jelas dapat menyebabkan kecelakaan, terutama jika ada hambatan atau rintangan yang tidak terlihat.

Lalu, belum lagi permukaan jalan yang rusak, keretakan pada dinding terowongan, atau kebocoran air dapat menyebabkan bahaya bagi pengguna jalan dan mengurangi keandalan terowongan secara keseluruhan.

Menurut saya, sudah waktunya terowongan ini menjadi perhatian utama pemerintah setempat, selain juga mencarikan solusi untuk menangani hal ini yang sudah terjadi puluhan tahun.

Bahkan, unjuk rasa dari warga setempat pernah dilakukan agar terowonga itu menjadi perhatian pemerintah daerah. Di hari minggu, 8 Mei 2011, warga pondok bahar melakukan unjuk rasa dengan menutup jalur tol yang ada di atas terowongan tersebut. Saat itu saya (berumur 12 Tahun) menjadi saksi bisu bagaimana warga Pondok Bahar memperjuangkan aspirasinya terkait terowongan tersebut.

Unjuk rasa itu terjadi karena alasan yang sama dengan yang saya kemukakan diatas, yaitu kondisi terowongan menurun yang menyebabkan mudah banjir walaupun hujannya tidak deras dan penerangan yang minim. Saat itu warga Kampung Pondok Bahar menuntut agar supaya dibangunkannya jalan layang yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada terowongan tersebut.

Dan pada akhirnya dibangunlah JPO untuk pengguna jalan yang ingin melewati akses jalan terowongan tersebut, walaupun menurut hemat saya kebijakan yang dibuat ini sama sekali tidak menjadi solusi.

Dari observasi saya sebagai putra daerah yang sehari-hari melihat langsung aktivitas, JPO yang dibangun itu jarang sekali dilalui oleh penguna jalan. Alasannya adalah di era saat ini, jalur yang di anggap sebagai jalur utama yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah yang lain sebetulnya bukan terfokus kepada pejalan kaki, melainkan pengguna roda dua dan roda empat.

Terlebih hari mulai gelap bisa dipastikan tidak ada yang menggunakan JPO tersebut, ya kalau memang ada pejalan kaki yang ingin melewati terowongan pasti akan lebih memlilh melewati terowongan walaupun harus lari-lari guna menghindari kendaraan yang melintas, dan harus rela basah kalau kondisi terowongan yang sedang banjir.

Banjir, macet dan di saat malam hari terasa sangat gelap saya rasa warga pondok terlalu sabar dan bisa menerima apa yang terjadi. Padahal bisa saja kejadian puluhan tahun yang lalu itu terulang kembali. Bagaimana tidak, faktanya alasan-alasan yang sama sampai saat ini, artinya pemerintah daerah tidak memiliki goodwill terhadap keluhan warga Kampung Pondok Bahar tentang terowongan tersebut.

Tentu sebagai putra lokal, saya memiliki harapan agar pemerintah daerah dan seluruh stakeholdernya bersama warga Kampung Pondok Bahar dapat duduk bersama untuk mencari solusi terhadap masalah yang terjadi sejak 1995 silam ini.

Menurut saya, terowongan yang banjir, gelap, dan tidak layak merupakan tantangan yang signifikan dalam sistem transportasi. Namun, dengan penerapan solusi yang tepat, seperti sistem peringatan banjir, pencahayaan yang memadai, pemeliharaan teratur, dan diversifikasi transportasi, kita dapat meningkatkan keselamatan dan keandalan terowongan. Melalui perhatian yang cermat terhadap pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur, niscaya dapat menciptakan terowongan yang aman, terang, dan dapat diandalkan bagi pengguna jalan.

Related posts

Leave a Reply