Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam mengatakan aplikasi Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) membantu pembelajaran jarak jauh untuk tingkat pendidikan tinggi.
“Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah kita jalani sejak lama, bahkan Universitas Terbuka sudah menerapkan PJJ sejak puluhan tahun lalu. Sebenarnya bukan hal baru, tetapi pada kenyataannya masih banyak di antaranya perguruan tinggi kita yang belum memanfaatkan pembelajaran daring ataupun pembelajaran campuran, namun kini banyak yang mulai menerapkan,” ujar Nizam dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Kemendikbud sudah bekerja sama dengan beberapa penyedia layanan internet, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti kegiatan GDLN dan INHERENT.
“Dikti saat masih tergabung dalam Kemenristekdikti juga sudah merilis Indonesia Cyber Education (ICE) sebagai platform untuk Massive Open Online Course (MOOC) Indonesia. Selain itu disiapkan pula penggunaan blockchain yang dapat diakses oleh seluruh perguruan tinggi, dan bekerja sama dengan Google untuk model pembelajaran berbasis daring,” kata dia.
Nizam menambahkan saat ini hampir seluruh perguruan tinggi sudah melakukan PJJ atau pembelajaran daring sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19.
Dari survei yang sudah dilakukan, 95 persen perguruan tinggi sudah melakukan pembelajaran dari rumah. Kemendikbud juga sudah mengeluarkan Surat Edaran Menteri yang meminta sekolah-sekolah dan kampus-kampus untuk melakukan pembelajaran dari rumah, terutama di daerah-daerah yang sudah ditemukan kasus positif COVID-19.
Nizam menambahkan tidak semua perguruan tinggi memilik platform pembelajaran secara daring. Oleh karena itu Ditjen Dikti memiliki program bernama SPADA yang sejak lama dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk melakukan pembelajaran serta berbagi materi kuliah secara daring.
“Saat ini, kami sedang memperkuat SPADA agar bisa diakses untuk perguruan tinggi yang belum mempunyai platform,” tuturnya.
Nizam menjelaskan masih diperlukan lagi pengembangan secara daring tersebut. “Mahasiswa menyatakan puas dengan proses pembelajaran daring dan cukup efektif, tetapi pembelajaran interaktif dalam kelas masih jauh lebih baik. Oleh karenanya proses pembelajaran daring masih banyak yang harus diimprovisasi,” kata Nizam.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam masa pandemi, mahasiswa bisa berkesempatan mengimplementasikan kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka dengan baik, contohnya dengan mengimplementasikan ilmu dan kompetensi, seperti membuat alat pelindung diri (APD), lalu nanti diberikan apresiasi dalam bentuk konversi sebagai SKS. Perguruan tinggi lanjut Nizam, juga di dorong untuk melaksanakan riset terapan.
“Untuk mendukung proses pembelajaran dari rumah kami siapkan berbagai hal yang bisa mengakomodasi yang mendukung teman-teman dalam belajar dari rumah, serta program Kemendikbud juga mendorong perguruan tinggi untuk melakukan riset terapan di bidang mitigasi COVID-19, yaitu mengenai alat-alat kesehatan dan sebagainya, sampai saat ini terus berjalan. Saat ini ada beberapa yang masuk uji coba dan sertifikasi dari Kemenkes dengan waktu yang relatif pendek,” kata Nizam.