JAKARTA, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia sangat mendukung inisiatif kepresidenan Uni Emirat Arab (UEA) dalam mempromosikan pusat kolaborasi internasional di bidang pertanian berkelanjutan, ketahanan rantai pasok, dan aksi iklim.
“Permintaan akan produk pertanian dan perkebunan pasti akan meningkat sangat tajam, karena selain menghasilkan bahan pangan, juga menghasilkan bahan bakar nabati, seperti biodiesel, bioetanol, dan lainnya,” ujar Jokowi dikutip dari 20detik, Kamis (7/12/2023).
Hal itu disampaikannya dalam forum Leaders’ Event: Transforming Food Systems in the Face of Climate Change di COP28 Dubai.
Menurutnya, tidak ada satu solusi yang bisa diterapkan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan karena setiap negara memiliki kekuatan yang berbeda. Seperti halnya Indonesia yang memiliki keunggulan dalam hal lahan yang cukup dan subur.
Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang melimpah, konektivitas infrastruktur pendukung ekosistem yang memadai. Untuk itu, Jokowi menilai potensi ini dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran pertanian skala kecil dan juga untuk food estate skala besar yang didukung oleh pendanaan dan transfer teknologi tinggi.
“Kolaborasi global harus diperkuat investasi untuk pertanian dan pertanian sangat diperlukan, terutama karena produk-produk pertanian dan pangan juga dapat menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan,” ucapnya.
Jokowi menyampaikan Indonesia berharap inisiatif tersebut dapat menghasilkan hasil yang konkrit untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera.
Sebelumnya, dalam pembukaan Paviliun Indonesia di COP28 Dubai, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan tujuan diselenggarakan COP28 adalah untuk mendiskusikan beberapa hal dan mengonfirmasi aksi iklim limbah lebih lanjut.
“Kedua hal tersebut penting dalam konfigurasi emisi kita yang tercatat pada tahun 2022, di mana emisi yang dihasilkan sektor energi sebesar 716 juta ton CO2, dari sektor proses industri dan penggunaan produk 59,15 juta ton CO2, sektor limbah 133 juta ton CO2, sektor pertanian 89,2 juta ton CO2,” jelasnya.(det)