JAKARTA, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka rapat kerja nasional Asosiasi Pemerintah Kota seluruh Indonesia (Rakernas Apeksi). Jokowi mengingatkan seluruh kepala daerah yang hadir mengenai perencanaan kota masa depan.
Awalnya, Jokowi menyampaikan data dimana disebutkan, pada 2045, 70 persen penduduk Indonesia akan ada di perkotaan. Namun, data dunia, yakni pada 2058, 80 persen penduduk dunia akan ada di perkotaan. “Apa yang akan terjadi? Beban kota akan menjadi sangat berat.
Oleh sebab itu, juga sudah sering saya sampaikan, rencana kota secara detail itu sudah dimiliki setiap kota di Indonesia, sehingga jangan sampai kita miliki kota yang sekarang ini banyak terjadi di Eropa maupun Amerika, kota-kota yang mencekam karena pengangguran banyak, karena homeless-nya banyak, dan kita tidak ingin itu terjadi di negara kita Indonesia,” ujar Jokowi dalam sambutannya di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6/2024).
Jokowi mengatakan keinginannya agar seluruh kota di Indonesia nyaman dihuni dan juga dicintai warga dan wisatawan yang berkunjung. Dia ingin seluruh kota di Indonesia memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatnya.
“Kita ingin menjadikan semua kota itu lifeable (liveable) nyaman dihuni, dan juga loveable orang yang berkunjung senang dan ingin kembali berkunjung. Dan orang yang tinggal di situ juga sangat mencintai kotanya karena kotanya memberi pelayanan publik yang baik kepada masyarakatnya,” ucapnya.
Pentingnya Transportasi Kota
Dia kemudian menyoroti kemacetan yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia. Kota yang dia sorot kemacetannya adalah Balikpapan, Surabaya, Bandung, dan Medan. Karena itu dia meminta seluruh daerah menyiapkan rencana transportasi kota.
“Oleh sebab itu, sekali lagi rencana kota mengenai transportasi kota, transportasi umum udah harus disiapkan, kalau kita bayangannya selalu Subway, MRT, LRT, itu biayanya gede banget, mahal. Waktu MRT Jakarta dibangun pertama itu itu per Km Rp 1,1 triliun per Km, sekarang sudah Rp 2,3 triliun per Km, tolong tunjuk jari, kota mana yang siap membangun MRT dengan APBD nya? 1 Km Rp 2,3 triliun,” ucap Jokowi.
Menurut Jokowi, transportasi kota itu tidak harus MRT-LRT. Sebab, biayanya besar. “Kalau LRT yang kita bangun Jakarta, kita bangun sendiri dengan gerbong yang kita buat di Inka itu kurang lebih Rp 600 miliar per km, siapa sanggup? Ada kota yang sanggup?
Tunjuk jari, saya beri sepeda, nggak ada yang mampu.Apalagi kereta cepat, itu juga justru lebih murah dari yang subway. Kereta cepat itu Rp 780 miliar per km-nya,” katanya.
Jokowi kemudian menawarkan konsep transportasi kota baru, yakni autonomous rapid transit (ART). Dia mengatakan ART itu tidak menggunakan rel, melainkan magnet.
“Oleh sebab itu, sekarang ada barang baru yang namanya ART, autonomous rapid transit, tidak pakai rel, tapi pakai magnet, bisa 2 gerbong, 2 atau 3 gerbong, atau 1 gerbong,” katanya.
“Nah ini jauh lebih murah. Nanti kalau ada yang APBD miliki kemampuan, tolong berhubungan dengan Pak Menteri Perhubungan, bisa bagi-bagi fifty-fifty APBD 50 persen,APBN 50 persen, misalnya. Karena kalau tidak 10-20 tahun yang akan datang semua kota akan macet, nggak percaya? Kita lihat nanti kalau setiap kota nggak persiapkan diri mengenai transportasi massalnya,” imbuh Jokowi. (det)