Hari Pers Nasional 2025: Kebenaran Lama vs. Kebenaran Baru di Era Digital

JAKARTA, Pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025, H Dahlan Iskan, seorang tokoh pers yang juga mantan Menteri BUMN, menyampaikan pandangannya tentang perubahan konsep kebenaran di era digital. Dalam pidatonya di wisuda Al-Zaytun pada 20 Mei 2023, Dahlan Iskan mengungkapkan bahwa kebenaran di masa lalu selalu ditentukan oleh fakta, sedangkan kebenaran di zaman sekarang lebih banyak dipengaruhi oleh framing.

Menurut Dahlan, kebenaran baru yang berkembang di dunia digital bukanlah sebuah kebenaran berbasis fakta, melainkan sebuah kepalsuan yang dipersepsi sebagai kebenaran. Kepalsuan tersebut bisa beredar luas karena terus-menerus diulang oleh berbagai pihak hingga dianggap benar. “Ini adalah masalah besar di era digital,” ujar Dahlan, “karena meskipun teknologi digital berkembang pesat, manusia tetap merekayasa teknologi itu menjadi framing, hoaks, hack, dan bentuk kepalsuan lainnya.”

Read More

Dahlan Iskan menegaskan bahwa meskipun dunia digital menawarkan berbagai kemudahan, kebenaran berbasis fakta yang menjadi ciri khas jurnalisme tradisional tetap memiliki keunggulan yang tidak bisa digantikan. Kebenaran yang akurat, etis, dan terdokumentasi adalah fondasi dari jurnalisme yang baik, dan itu jauh lebih kredibel dibandingkan dengan kebenaran baru yang berpotensi diputarbalikkan oleh framing.

Kebenaran lama berbasis fakta, menurutnya, tak akan tergantikan oleh media digital. Salah satu keunggulannya adalah akurasi informasi yang tidak dapat dimanipulasi sesuka hati. Selain itu, etika dalam jurnalisme pun tidak bisa dikesampingkan oleh teknologi digital yang sering kali mengutamakan viralitas dan jumlah viewer ketimbang kualitas dan kebenaran informasi. “Tanpa etika, manusia bukan lagi manusia, melainkan kriminal,” tegas Dahlan.

Meskipun Dahlan menyoroti sisi negatif dari dunia digital, ia juga melihat adanya peluang besar untuk mengkampanyekan literasi digital. Di dunia digital yang penuh dengan jebakan, seperti judi daring yang direkayasa untuk membuat penjudi kecanduan, literasi digital menjadi hal yang sangat penting. “Di era digital, kita harus bijak dalam menyaring informasi agar tidak terjebak dalam hoaks dan framing yang menyesatkan,” ujar Dahlan.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa teknologi digital juga memberikan peluang untuk inovasi dan konvergensi di dunia media. Media massa yang mengutamakan akurasi harus memanfaatkan teknologi digital untuk menyebarkan konten yang berbasis fakta. “Konvergensi media adalah kunci, di mana media harus menjadi platform di perangkat seluler, dan konten yang dihasilkan harus disebarkan melalui media sosial seperti YouTube dengan tetap berpegang pada kaidah jurnalistik,” jelas Dahlan.

Dahlan juga mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi media massa di era digital, terutama dalam hal bisnis. Seiring dengan perkembangan platform digital, banyak media massa yang mengalami penurunan oplah dan kesulitan mempertahankan keuntungan. Selain itu, persaingan di dunia media daring semakin ketat dengan banyaknya media daring terverifikasi dan tidak terverifikasi.

Namun, Dahlan melihat tantangan ini sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas jurnalisme dan mendalami literasi digital. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antara media, pemerintah, dan platform digital seperti Google untuk mencegah penyebaran informasi palsu serta menjaga independensi media.

Literasi digital menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan dunia digital. Masyarakat perlu didorong untuk memahami bagaimana cara menyaring informasi dengan cermat agar terhindar dari hoaks dan manipulasi informasi. Oleh karena itu, Dahlan mengajak media massa untuk berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya verifikasi dan keakuratan informasi melalui program “Cek Fakta” dan kajian “Kesalehan Digital.”

Selain itu, Dahlan juga menyarankan agar pemerintah bersama dengan platform digital bekerja sama dalam membuat regulasi yang tidak hanya menertibkan dunia media digital, tetapi juga memberikan perlindungan bagi jurnalisme yang berbasis fakta dan etika.

Related posts

Leave a Reply