JAKARTA, Pada tanggal 22 Desember, Bangsa Indonesia merayakan Hari Ibu. Umumnya di Indonesia, di hari itu, para Ibu dibebastugaskan dari kewajiban dan pekerjaannya di rumah. Di Hari Ibu, Lis Dedeh, Ketua Departemen Perlindungan Hak-Hak Perempuan dan KDRT DPP Partai Demokrat mengatakan, peran Ibu menjadi penting dalam mendidik moral dan mengajarkan anak-anaknya untuk saling menghargai sesama orang lain.
“Karena Ibu itu adalah kunci dari keharmonisan sebuah keluarga,” ujar Lis Dedeh pada keterangan tertulisnya. Ia melanjutkan, masih banyak persoalan di negeri ini yang terkait dengan para Ibu. Lis Dedeh secara khusus menyoroti tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang hingga kini masih kita temui di tengah-tengah masyarakat.
“Untuk kasus KDRT, sebetulnya sudah ada UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yang jadi persoalan mungkin banyak para Ibu atau perempuan yang sudah berumah tangga tahu tentang UU ini, tetapi ketika ada masuk ke ranah hukum, maka prosesnya panjang dan berbelit-belit, ” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Departemen Hak-Hak Perempuan dan KDRT, Dormauli Silalahi berharap beberapa prolegnas di tahun 2020 tentang perlindungan untuk perempuan. “Kaum Perempuan masih sering menjadi korban baik secara verbal maupun fisik, karena itu negara harus bisa membuat instrumen-instrumen hukum agar dapat menjamin perlindungan terhadap perempuan,” kata Dormauli Silalahi.
Di tempat yang berbeda, Meilda Pandiangan, aktivis perempuan 98 mengatakan, negara masih belum memiliki atensi terhadap perlindungan perempuan. Sebagai negara yang ikut meratifikasi padahal indonesia sudah ikut meratifikasi Konvensi Cedaw (konvensi kekerasan seksual), seharusnya indonesia dapat menekan angka kematian ibu melahirkan. “Karena negara tidak sedang dalam kondisi perang atau darurat. Sehingga seharusnya dapat menekan angka kematian ibu melahirkan,” tutur Meilda.
Menurutnya, memperjuangkan perlindungan kaum perempuan masih harus melewati jalan yang panjang. “Masih adanya diskriminasi terhadap perempuan membuat kita miris. Untuk itu, dengan memperingati Hari Ibu, mari kita jadikan momentum untuk kebangkitan kaum perempuan,” pungkas Meilda.