JAKARTA, Pemerintah terus menghitung kenaikan harga BBM bersubsidi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengumumkan kenaikan BBM Minggu depan.
Sinyal-sinyal kenaikan BBM gencar terdengar sejak lama. Jokowi sampai mengingatkan beratnya subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun.
Bahkan Jokowi pernah mengatakan harga Pertalite seharusnya mencapai Rp 17.100 per liter. Namun, pemerintah memutuskan untuk tetap menahan harga Pertalite di Rp 7.650/liter.
“Coba di negara kita bayangkan, kalau Pertalite naik 7.650 harga sekarang ini kemudian naik menjadi, harga yang benar adalah 17.100, demonya berapa bulan?” kata Jokowi dalam Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) yang disiarkan secara virtual pada Jumat, 5 Agustus lalu.
Berbeda dengan Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa harga Pertalite harusnya Rp 13.150/liter berdasarkan harga keekonomiannya. Tetapi Pertalite masih dijual jauh di bawah harga tersebut.
“Kita lihat harga keekonomian Pertamax Rp 15.150/liter, namun kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500/liter. Demikian pula Pertalite keekonomiannya Rp 13.150/liter, ecerannya masih Rp 7.650/liter,” kata Airlangga dalam konferensi pers, Selasa (16/8/2022) lalu.
Saat ini harga BBM Pertalite masih bertahan di Rp 7.650/liter. Berbeda dengan BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex yang kembali naik pada awal Agustus.
Harga Pertamax Turbo di Jakarta naik menjadi Rp 17.900/liter dari sebelumnya Rp 16.200/liter. Artinya, Pertamax Turbo naik Rp 1.700.
Harga Dexlite naik menjadi Rp 17.800/liter dari sebelumnya Rp 15.000/liter. Kemudian, harga Pertamina Dex menjadi Rp 18.900/liter dari sebelumnya Rp 16.500/liter.
Sebelumnya Luhut menyebut jika Jokowi sudah mengindikasikan pemerintah tidak mungkin bisa menahan beban subsidi. Ia mengungkapkan pemerintah mau menurunkan beban subsidi jauh di bawah Rp 502 triliun.