JAKARTA, Fenomena pemecatan pekerja dari generasi Z di berbagai perusahaan semakin menjadi sorotan. Laporan terbaru dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, menyebutkan bahwa sekitar 60% perusahaan telah memutus hubungan kerja dengan lulusan universitas yang baru mereka rekrut. Alasan utama yang disebutkan oleh perusahaan adalah kurangnya motivasi, rendahnya profesionalisme, dan keterampilan komunikasi yang buruk.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APINDO, Sarman Simanjorang, menjelaskan bahwa ada berbagai tantangan unik yang dihadapi perusahaan dalam merekrut pekerja Gen Z. Salah satunya adalah kecenderungan pekerja dari generasi ini terpecah antara mereka yang fokus untuk mendapatkan pengalaman kerja guna membangun usaha sendiri dan mereka yang terpengaruh oleh teknologi, khususnya game, yang berdampak pada produktivitas kerja.
“Games yang ada di gadget mempengaruhi sedikit produktivitas pekerja Gen Z. Mereka kadang terlena dan mengurangi produktivitas, bahkan target pekerjaan bisa terlambat karena kecanduan bermain game,” kata Sarman , Selasa (28/1/2025).
Sarman juga menyoroti risiko lain seperti keterlibatan pekerja muda dalam praktik judi online, yang dapat mengganggu fokus dan disiplin mereka di tempat kerja. Meski demikian, pemerintah telah berupaya memberantas judi online untuk menjaga agar para pekerja muda tetap produktif.
Lebih lanjut, Sarman mencatat bahwa tren pekerja Gen Z saat ini cenderung tidak ingin terikat pada satu perusahaan atau lokasi kerja tertentu. Banyak pekerja muda yang memilih bekerja di beberapa tempat atau menjalankan pekerjaan sampingan. Sebagai contoh, jika mereka menyelesaikan pekerjaan sebelum jam kantor berakhir, mereka memanfaatkan sisa waktu untuk pekerjaan produktif lainnya.
Keberadaan teknologi yang memungkinkan fleksibilitas kerja juga menjadi faktor penting. Dengan adanya perangkat elektronik dan jaringan internet, pekerja Gen Z bisa bekerja dari mana saja—baik itu dari rumah, kafe, atau tempat lainnya—tanpa harus berada di kantor.
Meski tantangan dalam merekrut pekerja Gen Z cukup besar, Sarman tetap optimistis bahwa generasi ini memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan, terutama di era kemajuan teknologi. Pekerja Gen Z, yang sangat akrab dengan teknologi, diharapkan dapat beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi perubahan dunia kerja.
“Ke depan, teknologi tidak bisa dihindari. Pekerja Gen Z akan menjadi salah satu andalan kita untuk mengembangkan perusahaan dan menghadapi perkembangan teknologi di berbagai sektor,” ujar Sarman.
Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, peningkatan produktivitas, keterampilan, dan kompetensi pekerja muda—termasuk Gen Z—menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung kemajuan negara dan perusahaan di masa depan.
Dengan pendekatan yang tepat dan pembinaan yang efektif, pekerja Gen Z dapat berkembang menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan produktif, memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan industri di Indonesia.