Fenomena ‘Makan Tabungan’: Tantangan Finansial yang Mengancam Daya Beli Masyarakat Indonesia

Ilustrasi uang

JAKARTA, Fenomena ‘makan tabungan’ kini semakin mencuri perhatian dalam dunia pengelolaan keuangan. Praktisi keuangan menyoroti fenomena ini sebagai penyebab utama menyusutnya saldo tabungan masyarakat di Indonesia.

Menurut data terbaru dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sekitar 99 persen rekening di Indonesia, atau sekitar 563 juta akun, memiliki saldo di bawah Rp 100 juta. Menariknya, rata-rata saldo tabungan telah mengalami penurunan signifikan dari Rp 3 juta pada 2019 menjadi Rp 1,8 juta per April 2024.

Read More

Ivan Jaya, Head of Consumer Funding & Wealth Business Bank Danamon Tbk, dalam acara Journalist Class bertajuk ‘Wujudkan Kemerdekaan Finansial dengan Menabung’ di Menara Bank Danamon, Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor. Kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat Covid-19 turut berkontribusi pada penurunan saldo tabungan.

Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran terhadap pendapatan naik dari 68 persen pada 2019 menjadi 74 persen pada 2024. Sementara itu, proporsi simpanan terhadap pendapatan menurun dari 20 persen menjadi 17 persen. Data ini menggambarkan penurunan signifikan dalam kemampuan masyarakat untuk menabung.

Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati, menyebutkan bahwa deflasi yang terjadi selama tiga bulan terakhir bisa menjadi sinyal bahaya. Menurut Anis, deflasi mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat yang berdampak pada penurunan pertumbuhan simpanan di bank, terutama tabungan di bawah Rp 100 juta yang turun dari 7,8 persen menjadi hanya 4,1 persen.

Anis Byarwati juga mengingatkan bahwa penurunan daya beli berdampak pada pendapatan negara, termasuk penurunan PPN dan setoran pajak. Dia menekankan perlunya tindakan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama dengan investasi yang berkualitas dan di sektor padat karya.

Ekonom Senior INDEF, Didik J Rachbini, menyatakan bahwa deflasi, meskipun tampak menguntungkan karena harga yang lebih rendah, menunjukkan bahwa masyarakat tidak mampu mengkonsumsi barang secara wajar. Didik mengingatkan bahwa penurunan Pengeluaran Konsumsi dan tingginya angka pengangguran menciptakan beban ekonomi yang semakin besar.

Situasi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi jangka panjang. Penurunan daya beli dan deflasi dapat berdampak besar pada perekonomian, dan penting untuk memikirkan strategi yang efektif untuk memperbaiki keadaan.

Related posts

Leave a Reply