JAKARTA, Anggota Komisi VIII DPR RI, Aprozi Alam, mendesak Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai kendala dalam penyelenggaraan ibadah haji 2025. Hal ini disampaikan menyusul sejumlah persoalan teknis yang terjadi, seperti keterlambatan penerbangan dan pemisahan tempat tinggal jemaah.
“Masalah-masalah ini muncul karena adanya kebijakan baru dari Pemerintah Arab Saudi, termasuk kewajiban penggunaan aplikasi Nusuk untuk akses ke Masjidil Haram dan pemisahan hotel antara suami-istri,” ujar Aprozi dalam wawancara, Rabu (21/5).
Menurutnya, perubahan sistem syarikah dari satu menjadi delapan perusahaan berdampak langsung pada sistem pemondokan. Minimnya sosialisasi dari otoritas Arab Saudi juga menjadi penyebab utama kebingungan di lapangan.
“Ada kekurangan komunikasi atau keterlambatan penyampaian aturan baru dari pihak Arab Saudi kepada Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, Aprozi menyoroti masalah ketidaksamaan jadwal keberangkatan antaranggota keluarga yang membuat penempatan hotel menjadi tidak ideal. “Kalau saya dan istri berangkat tahun ini, tapi anak saya baru tahun depan, tentu akan sulit untuk menyatukan kami di hotel yang sama,” tambahnya.
Ia juga mengkritik keras maskapai penerbangan yang dinilai belum optimal dalam memenuhi komitmen mereka. “Harusnya ada pesawat cadangan yang standby di embarkasi. Tapi saat keterlambatan terjadi, ternyata cadangan pun tak cukup,” kata Aprozi.
Aprozi menilai antrean penerbangan di bandara Arab Saudi juga turut memperburuk kondisi. “Pesawat dari Jeddah atau Madinah harus antre giliran untuk kembali ke Indonesia. Tidak bisa langsung terbang karena mengikuti regulasi lalu lintas udara dari otoritas Saudi,” ungkapnya.
Meskipun menyampaikan kritik tajam, Aprozi tetap mengingatkan jemaah haji untuk menjaga niat ibadah dan bersabar selama menjalankan rukun Islam kelima tersebut.
“Ini adalah rumah Allah, rumah Rasulullah. Jangan sampai kita tergelincir karena keluhan-keluhan yang tidak perlu. Niat harus lurus, jangan sampai ibadah kita jadi sia-sia,” tegasnya.
Ia juga mengimbau agar jemaah tidak mudah mengeluh atau menyebarkan konten negatif selama berada di Tanah Suci. “Kalau makan tidak enak, jangan disebarkan. Bisa-bisa sebulan makan tidak enak terus. Syukuri, tidak semua orang punya kesempatan berhaji,” tutupnya.