NEW YORK, Dolar AS jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena beberapa negara berencana mengurangi pembatasan pada bisnis yang telah ditutup akibat wabah virus corona baru, meningkatkan selera risiko dan mengurangi permintaan terhadap mata uang AS.
“Dolar berada di bawah tekanan, rencana pembukaan kembali (ekonomi) telah mendorong sentimen positif pasar untuk memulai minggu ini, kata Win Thin selaku kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman.
Italia, yang memiliki tingkat kematian akibat virus corona tertinggi kedua di dunia, adalah di antara negara-negara yang telah menyusun rencana untuk memungkinkan bisnis dibuka kembali. Di Amerika Serikat, sejumlah negara bagian telah melonggarkan pembatasan pada bisnis dan lebih banyak lagi yang siap untuk mengikutinya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, merosot 0,19 persen menjadi 100,05. Euro terakhir menguat 0,07 persen menjadi 1,0828 dolar, setelah sebelumnya naik ke 1,0861 dolar.
Mata uang tunggal juga didukung setelah lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor’s pada Jumat (24/4/2020) menegaskan kembali peringkat BBB Italia. Banyak yang memperkirakan penurunan peringkat.
Yen menguat setelah bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) memperluas stimulus untuk membantu perusahaan-perusahaan yang dilanda krisis virus corona, berjanji untuk membeli obligasi dalam jumlah tak terbatas guna menjaga biaya pinjaman tetap rendah ketika pemerintah berusaha keluar dari kepedihan ekonomi yang semakin dalam.
Dolar melemah 0,23 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 107,25 yen, setelah sebelumnya turun menjadi 107,00 yen, yang merupakan terendah sejak 15 April.
Para pedagang selanjutnya fokus pada pertemuan Federal Reserve AS yang akan berakhir pada Rabu (29/4/2020) dan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (30/4/2020).
Dolar Australia naik setelah negara bagian Queensland dan Australia Barat mengatakan mereka akan melonggarkan aturan menjaga jarak sosial minggu ini. Dolar Aussie menguat 1,21 persen terhadap greenback menjadi 0,6465 dolar. Dolar Aussie sebelumnya sempat mencapai 0,6471 dolar, tertinggi sejak 12 Maret.
Namun, beberapa analis mengatakan peningkatan selera risiko adalah terlalu dini karena tindakan penguncian masih dilakukan dan akan membutuhkan waktu bagi orang untuk kembali ke perilaku mereka sebelum pecahnya COVID-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru.
“Kami sedikit khawatir dengan reli pasar yang kami lihat dalam aset-aset berisiko,” kata Athanasios Vamvakidis, kepala global strategi valas G10 Bank of America Merrill Lynch. “Kami masih berisiko, kami masih menyukai dolar”. (ant)