Bali, Dalam dua hari terselenggaranya Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Nusa Dua, Bali, telah dihasilkan kesepakatan bisnis senilai 822 juta USD atau sekitar 12,3 trilyun Rupiah dan diperkirakan angkanya akan terus bertambah. Nilai ini meningkat dari hasil yang dicapai Indonesia Afrika Forum (IAF) pada 2018 lalu.
Kesepakatan bisnis yang tercapai merupakan hasil dari kepercayaan yang terbangun dengan negara-negara di Afrika. Indonesia dan negara-negara Afrika tidak lagi terjebak dalam romantisme Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Indonesia dan Afrika telah melangkah maju dengan kerja sama yang lebih konkrit.
IAID yang telah dibuka Presiden RI pada 20 Agustus 2019 berhasil melakukan terobosan bagi penguatan kerja sama dengan Afrika. Selama berlangsungnya IAID ini, Menteri Luar Negeri RI dan Wakil Menteri Luar Negeri RI secara simultan melakukan serangkaian pertemuan bilateral dengan beberapa negara Afrika seperti Uganda, Madagaskar, Maroko, Senegal, Guinea Equatorial, Namibia, Tanzania, Botswana, Somalia, dan Niger. Menlu RI juga berkesempatan bertemu dengan H.E. Raila Odinga, High Representative of African Union for Infrastructure Development. IAID berhasil melakukan terobosan strategi bagi penguatan kerja sama dengan Afrika. Selain menghasilkan kesepakatan bisnis, melalui IAID Indonesia telah menandatangani Joint Statement dengan Djibouti mengenai rencana pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA). Sementara, PTA dengan Mozambique akan ditandatangani dalam waktu dekat. Selain itu, Indonesia telah melaksanakan putaran pertama perundingan pembentukan PTA antara Indonesia dan Mauritius dalam dua hari terakhir. Kemlu sebagai ujung tombak diplomasi, terutama diplomasi ekonomi, bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan terus mendorong PTA dengan pasar non-tradisional guna peningkatan ekspor produk-produk Indonesia. Dari sisi kiprah bisnis baik BUMN dan swasta, IAID berhasil memfasilitasi perluasan ekspansi ke Afrika, di antaranya investasi Energi Mega Persada di sektor migas di Mozambik, dan Sinar Antjol yang terus melakukan ekspansi ke Ethiopia, Ghana dan yang terbaru ke Tanzania.
Penguatan Infrastruktur Diplomasi Indonesia
Guna menunjang diplomasi ekonomi, Indonesia melakukan penguatan infrastruktur diplomasi Indonesia. Hal ini dilakukan dengan pembukaan perwakilan RI di Yaounde, ibukota Kamerun. Pembukaan perwakilan ini agar diplomasi RI di kawasan Afrika Barat dan Afrika Tengah dapat lebih fokus dan efektif.
Selain itu, Indonesia juga akan tingkatkan status KBRI Antananarivo di Madagaskar, yang sebelumnya dipimpin oleh Kuasa Usaha Tetap, dalam waktu dekat akan dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh. Hal lain terkait penguatan infrastruktur diplomasi di kawasan Afrika adalah dengan meningkatkan jumlah Konsul Kehormatan (Konhor) RI di Afrika sebesar 70% menjadi 22 Konhor tahun ini, dengan kemungkinan penambahan 4 Konhor lagi. Tujuannya untuk memastikan dukungan kepada seluruh pemangku kepentingan Indonesia dalam memperkuat kerja sama di Afrika melalui para Konjor yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah Indonesia, meskipun dalam suatu negara tersebut belum terdapat Kedutaan Besar RI. Ke depan, Indonesia akan terus menginisiasi pertemuan-pertemuan dengan hasil konkret yang bermanfaat bagi peningkatan kemakmuran masyarakat Indonesia dan masyarakat Afrika; Indonesia maju bersama Afrika.