JAKARTA, Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya perlu terus digaungkan agar selalu tertanam dalam hati seriap bangsa Indonesia, menghidupkan dan merawat Pancasila tidak terlepas dari andil para akademisi sebagai penerut founding fathers yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kontribusi tersebut dalam buku “Sistem Demokrasi Pancasila” yang ditulis para akademisi dengan menyebutkan berbagai pandangan mengenai Pancasila.
“Gagasan pemikiran dan pandangan kritis tentang Pancasila selalu ada dalam perjalanan sejarah pada kurun waktu pemerintahan. Mulai dari sistem demokrasi liberal, demokrasi terpimpin demokrasi pancasila, hingga demokrasi era revormasi. Namun, pertanyaan kunci yang kerap muncul apakah Sistem Demokrasi pancasila memiliki basis akademisi atau ilmiah maupun empirik yang cukup memadai, dibandingkan dengan demokrasi yang eksis di dunia ini,” ujar akademisi Dr. TB Massa Djafar dalam acara peluncuran buku “Sistem Demokrasi Pancasila” di Menara Universitas Nasional, Jakarta Rabu (11/03).
TB Massa yang juga penulis buku ini menambahkan. Pertanyaan-pertanyaan kritis tersebut mendorong para akademisi untuk berkontemplasi, melihat kembali, seberapa banyak kekayaan literasin akademisi yang dapat dijadikan rujukan untuk mendiskusikan tentang Sistem Demokrasi Pancasila.
“Padahal pandangan tentang Sistem Demokrasi Pancasila sudah diwariskan oleh founding fathers pada saat merumuskan ideologi pancasila dan konstitusi. Undang-Undang dasar 1945. Bahkan sebagai nilai-nilai demokrasi sudah hidup ditengah masyarakat kita. Jauh sebelum indonesia diproklamasikan,” kata koordinator program studi doktor Ilmu Politik Pacasarjana Univesitas Nasional itu.
Dalam kesempatan yang sama, akademisi UNAS yang juga menulis buku ini, Dr. Diana Fawzia, MA. Mengungkapkan para penulis buku akhirnya mencoba merekonstruksikan pemikiran-pemikiran founding fathers dan pemikiran cendikiawan itu kedalam suatu pemikiran utuh dan praktis setidaknya akan memperkaya literasi tentang Sistem Demokrasi Pancasila. Beberapa dasar pemikiran founding fathers menjadi acuan seperti Sukarno, Hatta, Mohammad Yamin, Supomo, para akademisi, cendikiawan Alfian, Ismail Suni, Sofian Efendi, Yudi Latif, dan lain-lain.
“Pada akhirnya penulisan buku ini dibagikan ke dalam tiga bagian yaitu Ontologi untuk menggali asal-usul demokrai pancasila, bagian kebuda yaitu Epistimologi pengenai penalaran sistem demokrasi pancasila, dan bagian ketiga yakni Aksiologi yaitu mengetengahkan bagaimana demokrasi pancasila bekerja baik merujuk pada teori-teori politik,” imbuh Diana
Ia berharap, dengan hadirnya buku Sistem Demokrasi Pancasila diharapkan dapat memperkaya materi, khasanah dan substansi, mengisi tentang Demokrasi Pancasila. Terutapa bagi berbagai kalangan, akademisi, praktisi, dan khususnya bagi generasi muda.
“Semoga nantinya menjadi rujukan dalam melembagakan Sistem Demokrasi Pancasila yang berkembang. Sama halnya seperti di Amerika dan Eropa Barat bisa berkembang menjadi satu model demokrasi bukan karena faktor alamiah sementara, juga dikembangkan dengan basis teori ilmiah,” ujarnya.
Untuk kedepannya, menurut Diana, dalam rangka mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila yang lebih mendalam dan tetrategis, tidak cukup dilakukan dengan cara oral yang hanya mengundang polemik dan argumen yang tidak kukuh. Karena itu, perlu diperkuat dengan karya ilmiah dalam jumlah yang banyak, untuk menambah sumber bacaan dan energi positif dalam rangka semakin mengembangkan dan memperkokoh ideologi bangsa dalam rangka pembangunan sistem demokrasi.