Ada Lab Rahasia Amerika di Jakarta?

Media Rusia ikut menyoroti dugaan lab berbahaya AS di Indonesia. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage)

JAKARTA, Rusia belakangan tengah menelusuri penyelidikan penelitian biologi AS di Ukraina, kegiatan serupa Amerika di negara lain juga tengah diawasi sebagai sebuah kewaspadaan. Media pemerintah Rusia, Sputnik, juga kembali menelusuri kemungkinan kegiatan tersebut di Indonesia.

Berawal dari pemberitaan yang dilaporkan detikX terkait dugaan pelanggaran hukum negara oleh personel angkatan laut AS selama latihan Kemitraan Pasifik 2016 di kota pesisir Sumatera Barat, Padang. Disebutkan, ahli bedah angkatan laut Amerika melakukan operasi pada 23 pasien lokal di kapal rumah sakit USNS Mercy tanpa koordinasi dengan Kementerian Kesehatan Indonesia. Awak kapal juga diduga diam-diam mengekspor sampel darah puluhan pasien Indonesia dan mengangkut tiga anjing gila dari daerah Sumatera Barat, tanpa izin dari pemerintah.

Read More

Sputnik menyoroti insiden tersebut yang kembali mengingatkan cerita NAMRU-2, laboratorium biologi Angkatan Laut AS di Jakarta sejak 1970 yang sudah ditutup 2009. Lab biologis disebut berada di Jalan Percetakan Negara 29, berada di sebuah rumah remang-remang di tengah kompleks lembaga pemerintah Indonesia. Konon, menjadi fasilitas bioresearch tempat patogen dan virus berbahaya disimpan dan digunakan.

Dalam wawancaranya bersama Siti Fadilah Supari, spesialis kardiologi yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia 2004-2009, kemanjuran penelitian AS dipertanyakan. Bukan hanya kinerja, minimnya keterlibatan peneliti Indonesia juga dikhawatirkan Siti. “Saya hanya tahu lab mereka sangat tertutup. Dan para penelitinya adalah Marinir Amerika, yang semuanya memiliki kekebalan diplomatik,” kata Dr Supari.

“Kami tidak pernah tahu apa yang mereka bawa dalam tas diplomatik mereka. Ada juga beberapa peneliti dari Indonesia yang membantu mereka,” sambungnya. Kala itu, Dr Supari melakukan perlawanan terhadap regulator kesehatan global dan perusahaan farmasi besar atas ketidakadilan pembagian spesimen virus melalui struktur yang berafiliasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan negara-negara miskin yang melaporkan kasus H5N1 (flu burung).

Mantan Kepala Kerja sama Teknik dan Perjanjian Internasional Kementerian Kesehatan Dicky Budiman buka suara soal disorotnya kembali kemungkinan penelitian biologis berbahaya. Dicky yang juga berperan dalam proses kasus NAMRU 2008-2010 memastikan bentuk kerjasama AS dengan Indonesia tidak terkait bahaya patogen yang sengaja menimbulkan wabah. Namun, ada banyak keuntungan yang didapat yakni pengalihan aset NAMRU sehingga Indonesia memiliki teknologi lebih maju.

“Bukan berkaitan bahaya lab biologis, tapi ini dalam rangka menata pengetahuan dua negara ini seimbang dan saling menguntungkan dan tentu harapannya kalau saya di saat itu adalah tentu utamanya (keuntungannya) lebih besar di kita,” beber Dicky dikutip dari detikcom Senin (30/5/2022).

“Oleh karena itulah yang diuntungkan adalah kita mendapat pengalihan aset NAMRU, jadi itu bukan sudah punya AS lagi sejak 2009,” sambung dia. Hubungan Indonesia dengan banyak negara dalam kesehatan selalu mengupayakan aspek kesehatan nasional. Kerja sama tersebut juga meneliti penyakit infeksi yang ada di Indonesia seperti malaria dan bermanfaat bagi SDM di Tanah Air.

“Ini tentu juga bermanfaat karena beberapa menghasilkan doktor-dokter di Indonesia. Artinya orang Indonesia yang bisa melakukan riset,” katanya. “Ini tentu menguntungkan kita, karena kita akhirnya memiliki SDM dan sekali lagi ketika setelah penyerahan itu menjadi kewenangan Indonesia,” tandasnya.

 

Related posts

Leave a Reply